Jakarta, Agrifood.id – PT Esteh Indonesia Makmur atau Esteh Indonesia buka suara soal ribut-ribut protes somasi perusahaan kepada konsumen. Manajemen Esteh Indonesia meminta maaf atas gaduh yang ditimbulkan dari somasi tersebut. Hal ini ditegaskan sebagai langkah atau upaya klarifikasi dari saran dan kritik yang diutarakan konsumen.
“Esteh Indonesia mengeluarkan somasi sebagai bentuk permintaan untuk menghapus cuitannya yang mengandung unsur penghinaan,” ujar manajemen Esteh Indonesia dalam keterangan tertulis, Kamis (29/8/2022).
“Kami berkomitmen menerima saran serta kritik dari masyarakat agar dapat terus menjadi lebih baik. Kami mohon maaf apabila membuat gaduh,” terang mereka.
Perusahaan disebut sudah mengambil jalan damai bersama konsumen yang sempat menyebut produknya terlalu manis bak mengandung tiga kilogram gula. “Sejauh ini kami sudah reachout dan selalu berdamai. Kami berinovasi dengan produk kami,” ungkap Head of Departement Marketing, Julyani Dewi didampingi Head of Departement HR,GA dan Legal, M. Reza Kusuma juga Head of Departement QHSE Luthfi kepada wartawan di Special Tea by Esteh Indonesia, Jalan Panduraya, Kecamatan Bogor Utara pada Selasa (27/9/2022) malam.
Ia menyebut konsumen bisa memilih produk dengan takaran gula yang lebih rendah sesuai dengan yang diinginkan. “Jadi kami sudah mengeluarkan pilihan normal sugar dan less sugar juga sudah ada. Pilihan itu sudah ada sebelum adanya komentar yang di Twitter. Kami mendisplay pilihan itu di store kami. Kami berinovasi dengan keinginan customer,” terang Dewi.
Masyarakat kembali peduli terkait risiko yang mungkin muncul dari minuman manis dan tinggi gula. Konsumsi gula berlebihan dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan. Terlebih, mengonsumsi minuman seperti es teh dengan gula secara rutin punya kaitan secara tidak langsung dengan penyakit jantung. “Ini lagi viral ya menambahkan gula di teh, es teh. Indonesia memang sukanya es teh manis ya. Sebenarnya asosiasi langsung (antara minum es teh manis dengan penyakit jantung) tidak ada,” ujar Ketua PP Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dr Radityo Prakoso dalam acara Peringatan Hari Jantung Sedunia (HJS) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI beberapa waktu lalu.
“Tetapi kembali lagi, penyakit jantung koroner itu ada faktor risiko. Salah satunya adalah diabetes melitus. Kalau diabetes melitus, penambahan gula, glukosa di es teh itu akan sangat cepat meningkatkan gula darah, dan itu yang menjadi komorbid,” tambahnya.
Prakoso mengungkapkan korelasi secara langsung antara minum es teh manis rutin dengan penyakit jantung tidak ada. Hanya saja kebiasaan tersebut dapat menimbulkan faktor risiko penyakit jantung. “Ini yang akan gula darah tidak terkendali dan akhirnya menjadi komorbid yang akan mem-promote terjadinya serangan jantung,” kata Prakoso.
Direktur P2PTM Kemenkes RI, dr Eva Susanti menjelaskan sangat penting untuk membatasi konsumsi gula yang masuk ke dalam tubuh. “Itu tidak boleh lebih dari 50 miligram per hari atau sekitar empat sendok makan. Nah, ini sebenarnya marak di negara-negara yang memang sudah banyak obesitasnya. Lebih direndahkan lagi jadi sekitar 25 miligram per hari,” ujar Eva seperti ditulis Merdeka.com,
“Kenapa? Karena gula ini akan menyebabkan obesitas yang akan memicu terjadinya diabetes. Nanti ketika tidak terkontrol, ini akan memicu juga terjadinya penyakit jantung. Memang agak panjang jalannya, tapi kita harus ingat kalau harus menghindari faktor risiko,” tambahnya.
Menurut Prakoso, 80 persen kasus penyakit jantung dapat dicegah lewat menurunkan faktor risikonya. Faktor risiko penyakit jantung sendiri terbagi menjadi dua, yang dapat diubah dan tidak bisa diubah.
“Yang tidak dapat diubah itu apa? Riwayat keluarga dengan penyakit jantung, usia, jenis kelamin, dan etnis atau ras. Tapi yang dapat diubah apa? Merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, gaya hidup sedenter, obesitas, diabetes, kebiasaan makan makanan berlemak, dan konsumsi alkohol,” kata Prakoso. [ID/AF-05] agrifood.id@gmail.com
Be the first to comment