Bogor, Agrifood.id – “Cuma singkong kok Rp 50.000 per pohon. Mahal amat dan apa sih kelebihannya di Kampung Singkong Sentul,” mungkin itu pertanyaan umum bagi yang membaca judul tersebut. Padahal satu porsi singkong goreng (katanya sih dari Thailand) yang sempat viral oleh seorang artis di sebuah restoran elite belum lama ini mencapai Rp 100.000.
Baca : BPOM: Program Keamanan Pangan oleh Pemda Belum Optimal
Baca : Siemens Dukung Digitalisasi Industri Makanan dan Minuman
Jangan membayangkan datang dan hanya sekadar mencabut singkong. Di Kampung Singkong Sentul (Kastel), mencabut singkong itu bagian akhir dari rangkaian wisata kebun singkong rakyat. Kalau singkong goreng dan rebus pasti sudah akrab. Makan bakso dan saos juga pasti sudah sering. Tapi pernah lihat produksi tapioka dan onggok?
Pernah nyobain opak, enye-enye, atau seyong? Ragam dari 50-an makanan tradisional yang terbuat dari singkong dan tersebar di seluruh Nusantara. Coba buka sebagian besar platform penjualan online, harga makanan tradisional dari singkong itu nyaris diatas Rp 20.000 dengan berbagai variannya.
Tapioka tentu sudah sangat akrab dengan semua masyarakat Indonesia. Sejak tahun 1940-an, Bogor sudah memproduksi tapioka premium. Bangunan tua di simpang Pomad-Ciluar dan Jl Raya Bogor menjadi bukti. Saat itu, kawasan Sentul menjadi salah satu pemasok singkong ke beberapa penggilingan rakyat. Bakso, saos, sosis, roti, aneka daging fried chicken, pempek premium hingga berbagai kebutuhan industri justru memerlukan tepung tapioka.
“Tapioka Bogor itu kualitas premium karena dari singkong segar yang langsung diproses,” kata Daryono, salah satu praktisi tapioka di Pati, Jawa Tengah, dan juga perintis Masyarakat Singkong Indonesia (MSI).
Baca : Wisata Singkong Sentul, dari Olahraga Santai hingga Paham Tapioka dan Onggok
Sayangnya, harga tapioka dalam beberapa bulan terakhir ini terjun bebas. Budi, salah satu produsen tapioka di Pasir Kakapa, Desa Pasir Laja, Kecamatan Sukaraja, Bogor, mengeluhkan anjloknya harga tersebut.
Uraian tapioka itu menjadi bagian dalam wisata, edukasi, dan olahraga. Melintasi rimbunan singkong, menapaki jalur bukit atau lembah dengan pohon kirai dan bambu yang tersisa membuat imun dan kesegaran tubuh meningkat. Akhir dari wisata dan olahraga, setiap orang bisa mencabut satu pohon (tanaman) singkong siap panen yang isinya 2-4 kilogram (kg). Jadi jangan membayangkan wisata dengan keramaian.
“Ini sangat eksklusif dan paling maksimal lima orang untuk sekali jalan. Banyak saran dan masukan sehingga kami berani membuat paket wisata rakyat ini. Salah satunya dari diskusi yang digelar Science Techno Park (STP) IPB beberapa waktu lalu,” ujar Heri SS, salah satu penggagas Kastel.
Bagi yang berminat bisa menghubungi Kastel (081288064545) atau MSI Bogor Raya untuk mengetahui rincian dan paket yang ditawarkan, sekaligus memastikan guide dan menjaga protokol kesehatan secara ketat. [AF-03] agrifood.id@gmail.com
Agrifood adalah portal media pangan dan seputar industri makanan/minuman. Selain sumber informasi, Agrifood juga melayani berbagai jasa dan aktivitas, seperti komunikasi dan promosi produk atau komoditas untuk pengembangan industri, penguatan brand/merek/citra dan berbagai kerja sama lainnya. Info lebih rinci bisa hubungi 08161408154
Be the first to comment