Cirebon, AF – Sebanyak 25 industri kecil menengah di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, yang bergerak di bidang pengolahan garam ditutup atau gulung tikar karena kesulitan pasokan bahan baku dari petani.
“Kira-kira sudah ada 25 IKM pengolahan yang terlebih dahulu gulung tikar karena tidak ada pasokan bahan baku,” kata Sujati, pelaku industri pengolahan garam di Desa Pangarengan, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jumat (7/7).
Dikatakan, di tempat usahanya sudah meliburkan 20 karyawan karena kesulitan mendapatkan bahan baku garam untuk produksi garam meja dan garam kotak. Pada saat harga bahan baku masih di kisaran Rp 3.700 per kilogram (kg), dia sudah menghentikan produksi dengan kapasitas lima ton per hari.
“Jadi saya terpaksa meliburkan dulu pekerjanya,” katanya.
Saat ini, lanjutnya, selain harga garam mahal atau bisa mencapai Rp 4.000 per kg, bahan baku pun sulit didapatkan. Pasokan bahan baku dari produksi petani lokal kini tidak ada. Hujan yang masih turun mengakibatkan tambak yang telah diolah sejak Mei 2017 gagal panen. “Jika setengah bulan ke depan pasokan garam tak kunjung tersedia, maka kondisi akan semakin parah,” ujarnya.
Ketua Asosiasi Petani Garam Seluruh Indonesia (Apgasi) Jabar M. Taufik belum lama ini mengatakan kalangan IKM kesulitan mengakses garam impor dari PT Garam karena kuotanya hanya 10 ton per IKM dengan persyaratan yang cukup rumit. “Salah satunya adalah syarat legalitas yang harus dimiliki IKM pengolahan garam, padahal dengan karyawan 10-20 orang tentu jarang yang memiliki legalitas seperti layaknya perusahaan skala besar,” katanya seperti dilansir Antara.com.
Taufik menuturkan pelaku IKM harus mengeluarkan uang lebih besar, agar dapat membeli bahan baku karena harga di pasaran saat ini hampir tembus Rp 4.000 per kg. “Ini tertinggi sejak tahun 2010-2011 lalu harga garam mencapai Rp 1.000 per kg akibat cuaca,” kata Taufik.
Untuk itu, kata Taufik, pemerintah harus melihat kondisi lapangan dan melakukan antisipasi krisis garam tersebut. [AF-04]
Be the first to comment