Impor Lebih Murah, Singkong Lokal Makin Anjlok dan Stok Petani Tertahan

Singkong siap panen.

Bogor, AF – Harga yang tidak beranjak naik sejak awal akhir tahun 2016 menyebabkan para petani enggan untuk memanen singkong sehingga pasokan (stok) singkong masih tertahan. Impor harus segera dikontrol agar pasokan milik petani lokal bisa dioptimalkan dan dijual dengan harga yang pantas.

Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Suharyo Husein di Bogor, Sabtu (29/7) kepada Agrifood mengatakan pihaknya sudah sejak beberapa tahun lalu mendesak pembenahan pada tata niaga singkong tersebut. Jika tidak dilakukan pembenahan maka produksi singkong dalam negeri terus anjlok karena semakin tidak menguntungkan petani. “Kondisi saat ini sudah diprediksi MSI sejak beberapa waktu lalu. Jika tidak ada pembenahan mendasar maka akan terus berulang,” tegasnya.

Data terakhir yang dihimpun MSI menyebutkan, banyak singkong dari petani yang tidak terserap. Dalam rapat koordinasi terbatas dengan pemerintah dan pelaku usaha beberapa pekan lalu, tercatat jumlah singkong petani tidak diserap diperkirakan 6 juta ton. Salah satunya dari Provinsi Lampung karena sudah dua kali gubernur menyurati Presiden Joko Widodo terkait kondisi itu, namun belum ada tindak lanjut.

“Dari Jawa Timur dilaporkan Jawa Timur sekitar 200 hektar siap panen tetapi petani tidak memanen karena harga hanya Rp 450 per kilo gram,” ujarnya.

Menurut Imbang Sunardi, petani singkong organik di Tulungagung, Jawa Timur harga singkong gajah Rp 450 per kg itu jauh dari ambang batas normal harga singkong yang sebelumnya yang mencapai kisaran Rp 1.200 per kg.
“Harga yang terus turun sejak 1,5 tahun terakhir ini mendorong kami tidak memanen singkong gajah, meski sudah memasuki masa panen umur delapan bulan. Harga itu untuk ganti ongkos buruh panen dan angkutan dari lokasi ke titik distribusi penjualan saja tidak cukup. Mending dibiarkan saja sambil menunggu harga membaik,” ujarnya.

Suharyo menjelaskan, anjloknya harga saat ini karena masuknya tapioka dari Thailand dan Vietnam dengan harga murah Rp 3000 – Rp 4500/kg. Hal itu berarti harga singkong di tingkat petani dari kedua negara itu hanya sekitar Rp 400 – Rp500/kg. “Kita harus bisa produksi tapioka dengan harga jual Rp 4500/kg artinya harga singkong untuk industri sekitar Rp 500 – Rp 700/kg di tingkat petani,” ujarnya.

Ketua MSI Sukabumi Kukuh Sujianto mendorong pentingnya pembatasan impor sehingga bisa mendongkrak harga singkong. Apalagi, MSI sebenarnya sudah mempunyai konsep yang perlu diaktualisasikan dalam sejumlah proyek percontohan (pilot project) di beberapa daerah.

“Kondisi yang dialami petani di Lampung dan Jawa Timur juga dialami di Jawa Barat, terutama di Sukabumi. Untuk itu, saatnya membatasi impor dan MSI harus terlibat dalam mekanisme kontrol tersebut,” tegas Kukuh. [AF-02]

(Baca : MSI Berharap Terlibat dalam Rekomendasi Impor Singkong)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*