Indonesia Konsumen Mikroplastik Terbanyak di Dunia, Ada Kandungan pada Sapi di Wilayah TPA

JAKARTA, AGRIFOOD.ID – Peneliti dari Gita Pertiwi menemukan konsentrasi mikroplastik di bagian tubuh sapi yang digembalakan di wilayah tempat pembuangan akhir (TPA). Untuk itu, penggembalaan sapi di wilayah sekitar TPA untuk mengurangi sampah organik perlu dihentikan.

Itsnainingrum Sekar Wijaya selaku Project Development Office Gita Pertiwi dalam diskusi daring dipantau dari Jakarta, akhir pekan lalu, mengatakan pihaknya bersama Nexus3 Foundation serta beberapa universitas mengadakan riset pada dua sapi dari TPA Jatibarang dan TPA Putri Cempo di Jawa Tengah terkait dampak sapi digembalakan di TPA pada 2023.

Baca : Tingkatkan Kualitas Obat Herbal, Guru Besar Farmasi ITB Raih Penghargaan

“Mikroplastik pada sapi ditemukan dan lebih banyak pada darah dan jeroan di dua sapi di dua TPA tersebut. Konsentrasinya lebih banyak di TPA Jatibarang daripada TPA Putri Cempo,” katanya.

Mereka menemukan jenis polimer terbanyak ditemukan dari kedua sampel tersebut adalah Polietilena tereftalat (PET) sedangkan untuk jenis Polivinil klorida (PVC) dan nilon cukup mendominasi di bagian darah dan daging sampel sapi TPA Jatibarang. Sementara sapi TPA Putri Cempo, selain PET terdapat juga jenis ethylene vinyl acetate (EVA) serta polipropilena (PP) di sampel jeroan dan darah.

Baca : Enaknya Singkong Organik, Ini Investasi Pelatihan dan Eduwisata di Cilebut-Bogor

Indikasi itu menunjukkan penggembalaan hewan ternak seperti sapi di wilayah TPA menimbulkan isu baru, karena satwa dapat terkontaminasi kandungan berbahaya seperti mikroplastik. Praktik penggembalaan itu juga tidak menguntungkan karena sapi tersebut memiliki nilai jual lebih rendah.

Dalam diskusi yang sama, Analytical and Environmental Chemist Nexus3 Foundation Bonusa Huda mengatakan selain mikroplastik, juga ditemukan polutan organik persisten (POPs) dalam sampel sapi-sapi tersebut melebihi ambang batas. POPs adalah polutan berbahaya yang dapat bertahan lama di lingkungan, dihasilkan salah satunya dari pembakaran tidak sempurna dari sampah plastik.

Tertinggi
Sementara itu, studi terbaru pada Juni 2024 lalu mengungkapkan Indonesia adalah negara yang paling banyak mengonsumsi mikroplastik di dunia dari total 109 negara. Studi yang dipublikasikan Environmental Science & Technology mengungkap Indonesia bersama dua negara Asia Tenggara lainnya, yakni Malaysia dan Filipina menduduki peringkat teratas dalam daftar konsumsi mikroplastik per kapita global. Para peneliti menemukan masyarakat Indonesia mengonsumsi sekitar 15 gram mikroplastik per bulan. Jumlah konsumsi tersebut sebagian besar bersumber dari air, seperti makanan laut.

“[Jumlah di Indonesia] lebih banyak dibandingkan negara lain dengan sebagian besar partikel plastik berasal dari sumber air seperti makanan laut. Jumlah tersebut merupakan peningkatan konsumsi mikroplastik harian sebesar 59 kali lipas dari 1990 hingga 2018,” tulis laporan tersebut.

Para peneliti menyebutkan, faktor yang menyebabkan meningkatnya tingkat “konsumsi” bahan plastik di negara berkembang, termasuk di Asia Timur dan Selatan adalah industrialisasi. Tak hanya itu, industrialisasi juga mengakibatkan timbulan sampah dan serapan mikroplastik oleh manusia.

Dalam memperkirakan tingkat konsumsi manusia secara lebih komprehensif, studi Cornell itu memperhitungkan kebiasaan makan, teknologi pemrosesan makanan, demografi usia, dan laju pernapasan di setiap negara. [Ant/AF-03]

ADVERTORIAL
IpeComm melayani jasa editor, penulisan kreatif, media/public relation, komunikasi (government/community/private), promosi, business intelligent, analisis media, hingga crisis management. Didukung tim ahli & profesional, berpengalaman luas dalam komunikasi dan pernah berkarir di sejumlah media nasional/internasional. Bisa hubungi 081356564448 atau agrifood.id@gmail.com.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*