Jakarta, AF – Konsumsi gula industri pada tahun 2018 diperkirakan mencapai 3,6 juta ton, naik 6% dibandingkan tahun 2017 yang sebesar 3,4 juta ton. Kenaikan konsumsi gula mentah ini mengikuti pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin) sebagai industri pengguna.
“Semakin tinggi pertumbuhan industri mamin, permintaan terhadap gula mentah juga meningkat. Pertumbuhan industri makanan dan minuman sendiri diperkirakan mencapai 8% pada tahun depan,” kata Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto pada acara Musyawarah Nasional Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia, di Jakarta, Selasa (12/12).
Namun, menurut Panggah, kebutuhan gula industri sebagian besar masih didatangkan dari impor. Pasalnya, kualitas gula lokal belum sebagus gula impor. Kementerian Perindustrian, kata dia, telah menawarkan insentif bagi investor yang ingin membangun pabrik gula di Indonesia. Salah satu insentif yang diberikan adalah pemberian izin impor bahan baku Gula Kristal Mentah.
“Tujuan dari pemberian insentif tersebut adalah meningkatkan minat investor untuk membangun industri gula yang terintegrasi dengan perkebunan tebu,” ujar dia.
Panggah menjelaskan, kebutuhan gula nasional sepanjang tahun 2016 mencapai 5,7 juta ton. Sebanyak 2,9 juta ton dikonsumsi industri, dan sisanya 2,8 juta ton adalah konsumsi masyarakat. Sementara itu, produksi gula nasional pada tahun 2016 hanya 2,2 juta ton, dimana 1,2 juta ton dihasil perusahaan BUMN dan 999 ribu ton dari swasta.
Asisten Deputi Perkebunan dan Hortikultura Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Wilistra Danny mengatakan, pemerintah akan melakukan 3 langkah untuk meningkatkan produksi gula dalam negeri. Pertama, mempercepat pengembangan produksi tebu secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan bahan baku di pabrik gula.
Kedua, memaksimalkan utilisasi mesin-mesin pabrik melalui penyediaan bahan baku yang belum semuanya dapat terpenuhi dari perkebunan tebu. Ketiga, pemberian insentif untuk pembangunan pabrik gula yang terintegrasi dengan tebu, berupa insentif sesuai amanah PP No.2 tahun 2017 tentang pembangunan sarana dan prasarana industri.
Secara terpisah, pemerintah yakin stok komoditas strategis yang bersinggungan dengan hilir industri seperti minyak goreng, tepung terigu dan gula dinyatakan aman mencukupi untuk menghadapi kebutuhan Natal 2017 dan Tahun Baru 2018.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memastikan bahwa ketersediaan dan harga untuk kebutuhan pokok dan kebutuhan industri stabil. Hal tersebut disampaikan usai menghadiri rapat bersama Kapolri Tito Karnavian dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman terkait antisipasi kenaikan harga pangan menjelang Natal dan Tahun Baru di Mabes Polri, Jakarta, Senin.
“Tepung terigu harga relatif stabil untuk sepuluh tahun terakhir, kemudian minyak goreng Indonesia salah satu eksportir untuk regional, dan persediaan untuk gula rafinasi stok aman dan terjamin,” kata Airlangga melalui keterangan tertulis.
Rapat antisipasi kelangkaan dan kenaikan harga pangan menjelang Hari Raya Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 turut dihadiri Ketua KPPU Muhammad Syarkawi Rauf, Dirut Bulog, Djarot Kusumayakti dan Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito serta Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Tjahya Widayanti. [AF-03]
Be the first to comment