Bogor, AF – Meski baru merintis beberapa bulan silam, permintaan kacang Bogor olahan Kabogoh terus meningkat pesat. Peningkatan itu dimulai sejak dua pekan sebelum Lebaran karena Kabogoh mulai dikenal sebagai salah satu alternatif oleh-oleh khas Bogor, Jawa Barat.
“Permintaan meningkat sejak dua minggu pertama memasuki Ramadan dan sampai sekarang kami berupaya memenuhinya. Selama Lebaran ini kami terus berupaya agar pasokan selalu ada,” kata Lidya Susanti yang juga salah satu perintis kacang Kabogoh kepada Agrifood.id di Bogor.
Lidya yang juga alumni Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) ini merintis usaha bersama Maya Arini, dan Aliyatul Ropiah. Ketiganya juga sama-sama pernah mengenyam pendidikan pascasarjana di Sekolah Bisnis IPB.
Dikatakan, animo kacang Kabogoh terus meningkat karena selama ini kacang Bogor belum banyak diolah. Sejauh ini masyarakat hanya mengenal kacang Bogor yang direbus atau menjadi makanan cemilan. Kacang bogor biasanya banyak dijual di sejumlah pasar dalam bentuk mentah dan masih berkulit atau juga sudah dikupas. Beberapa pedagang cemilan, biasanya menjual kacang yang direbus dengan gerobak keliling atau di sejumlah ruas jalan yang ramai.
“Kami berusaha memberi nilai tambah dari kacang Bogor yang selama ini jarang diolah dengan baik,” tambah Maya dan Aliyatul.
Berangkat dari kondisi itu, kacang Kabogoh diharapkan bisa menjadi salah daya tarik baru dan menambah khasanah oleh-oleh para warga dan wisatawan di Kota Hujan. Jadi, kacang Bogor dengan nama Latin vigna suterranea semakin melengkapi keunikan kuliner, selain wisata alam, sejarah, pusat pendidikan dan penelitian pertanian.
(Baca : Kacang Bogor ‘Kabogoh’ Menambah Khasanah Oleh-oleh Kota Hujan)
Sejauh ini, kata Lidya, pasokan yang terbatas dari petani menjadi salah satu kesulitan untuk memenuhi permintaan konsumen. Maklum, kacang Bogor bukan tanaman prioritas petani dan hanya ditanam secara musiman. Kesulitan pasokan bahan baku itu semakin terasa menjelang Lebaran ini.
“Kalaupun ada harganya naik sehingga hanya membeli secukupnya. Selanjutnya, kami terpaksa harus mencari pasokan dari luar Bogor atau secara perlahan membangun kemitraan dengan petani,” ujarnya.
Salah satu praktisi pertanian Joel M Tukan mengatakan pasokan kacang Bogor yang sulit juga dikarenakan perhatian pada komoditas ini sangat minim. Selain itu, perlu ada pemuliaan terhadap benih sehingga kacang Bogor tersebut mempunyai kualitas yang bagus.
“Jangan sampai kacangnya semakin lama mengecil dan kulitnya yang menebal. Ini perlu pemuliaan benih sehingga menarik minat petani. Kualitas yang bagus pasti semakin menarik minat konsumen,” ujar mantan pendamping petani di kawasan Nanggung, Kabupaten Bogor. [AF-02]
silahkan