Bogor, Agrifood.id – Ratusan peserta Pesantren Kilat (Sanlat) Ramadan 2019 mengunjungi pusat riset organisasi Menteri-Menteri Pendidikan se-Asia Tenggara pada Pusat Regional Asia Tenggara untuk Biologi Tropis (Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology/Seameo Biotrop).
Kunjungan peserta Sanlat Ramadan 2019 pada akhir Mei 2019 itu dipandu Product Development & Services Departement Seameo Biotrop, Samsul Ahmad Yani yang sekaligus mengenal lebih jauh tentang budidaya jamur dan keunggulan untuk kesehatan tubuh manusia.
Dia menjelaskan bahwa Indonesia dikenal sebagai negara penghasil jamur konsumsi yang sangat beragam. Keberagaman ini adalah aset yang sangat potensial untuk dikembangkan. Jamur pangan/konsumsi yang paling banyak dibudidayakan adalah jamur tiram, jamur kuping, jamur merang dan jamur shiitake. Jenis jamur tersebut banyak dibudidayakan untuk bahan makanan dan sayuran.
“Jika sumber protein hewani ada kolesterol, maka jamur Insya Allah tidak berisiko kolesterol,” kata Samsul seperti dilaporkan Antara.
Selain dikonsumsi dalam bentuk masakan beberapa jenis jamur dapat dikonsumsi dalam keadaan mentah dan segar, baik dalam campuran salad maupun lalapan. Bahkan dapat diolah menjadi keripik, nugget, permen jeli hingga puding jamur.
Ramdani, petugas di Seameo Biotrop menjelaskan pihaknya mengembangkan jamur tiram dan bahkan kuping karena bisa dibudidayakan di dataran rendah daerah Jabodetabek. Menggunakan serbuk kayu bermuatan zat selulosa,serilosa,lalu bahan-bahan plastik itu dikukus dalam drum dan disterilkan satu hari.
Kemudian, dicampur empat campuran dedak, tepung jagung, gipsum, kapur dan air untuk membuat media dan kemudian dikomposkan untuk fermentasi semalam, lalu esoknya dimasukkan ke kantong plastik. Selanjutnya, diinkubasi selama 40 hari. Komposisinya menggunakan sebanyak 200 kg serbuk kayu, bekatul 15 persen , gipsum 1,5 persen, dan air. Harga jual di tingkat petani Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per kg, di mana 1 baglog bisa tumbuh 4 kali.
Kunjungan Sanlat Ramadan 2019 itu merupakan kegiatan yang digagas bersama dengan Yayasan At-Tawassuth, Yayasan Prawitama (SMK Wikrama) dan Serikat Pekerja LKBN Antara. Selain itu, juga didukung Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Rumah Sakit Pelni, Star Energy, Yayasan Baitul Maal (YBM) BRI, Taman Safari Indonesia (TSI), Tiga Roda (Indocement), Batamindo Investment-Cakrawala, Cibinong Center Industrial Estate (CCIE), PT Anpa, BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, Faber Castell, Indofood, Alfamart, UNITEX, Lezza, dan The Jungle Waterpark Bogor.
Dalam kesempatan itu, Star Energy, perusahaan yang mengelola pembangkit panas bumi terbesar di Indonesia, dalam kegiatan itu memaparkan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), termasuk bidang lingkungan. Paparan tersebut disampaikan melalui video mengenai pemberdayaan masyarakat, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan dan lingkungan hidup, seperti pembibitan dan penanaman pohon. [AF-05]
agrifood.id // agrifood.id@gmail.com
Be the first to comment