Jakarta, Agrifood.id – Sepanjang masa pandemi Covid-19, bisnis makanan beku (frozen food) meningkat. Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) menyebutkan, pada tahun 2020 saja, nilai transaksi frozen food yang menggunakan rantai pendingin (cold chain) mencapai Rp 80 triliun. Nilai tersebut meningkat lagi pada 2021 lalu yang mencapai Rp 97 triliun.
Ketua Umum ARPI Hasanuddin Yasni mengatakan, di tahun 2022 ini nilai transaksi frozen food yang menggunakan cold chain akan meningkat sebesar 17% secara year on year, atau berada di angka Rp 114 triliun. Salah satu pemicu penting dalam peningkatan bisnis cold chain ada di rantai middle mile atau transportasi dan di rantai last mile alias penyedia jasa layanan pengiriman.
“Peningkatan infrastruktur cold chain juga terpicu dari pendistribusian vaksin, perubahan gaya hidup, misalnya adanya menu pilihan ready to cook dan ready to eat, serta kelompok urban,” kata Hasanuddin kepada Kontan.co,id, Rabu (23/3/2022).
Jelang Ramadan, ARPI memprediksi, nilai transaksi frozen food menggunakan rantai pendingin akan kembali meningkat. Walau diiringi dengan kenaikan harga minyak goreng, kenaikan permintaan frozen food melalui cold chain diproyeksi sekitar 40% sampai 50%.
Dikatakan, proyeksi tersebut sebenarnya lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan yang terjadi pada momen Ramadhan dan Lebaran tahun lalu yang mencapai 60%-70% secara tahunan.
Menurutnya, harga pangan dunia saat ini mulai merangkak naik dan ini memicu pembelian kebutuhan makanan dipercepat atau dapat disimpan oleh rumah tangga. Walau harga minyak goreng mengganggu harga makanan jadi dan daya beli masih lebih rendah dibanding sebelum pandemi, kebutuhan makanan pokok di bulan puasa tahun ini tetap meningkat.
“Dengan demikian, kenaikan di tahun sebelumnya berkisar 60-70%, tahun ini hanya berkisar 40-50%,” kata Hasanuddin.
Menghadapi lonjakan permintaan frozen food menggunakan suply chain ini, ARPI telah mempersiapkan diri dengan layanan proses pemesanan dan pembayaran yang lebih mudah dan efisien. Yakni, marketplace dan e-commerce yang diantisipasi industri penyedia jasa pengiriman. Melalui strategi ini, penyedia jasa pengiriman berkolaborasi dengan industri penyedia jasa transportasi dan penyimpanan dingin atau hub storage (collecting point storage). Jasa penyimpanan dingin ini juga tersedia dalam berbagai kapasitas, mulai dari small, medium, hingga ukuran chamber. [AF-04]
Be the first to comment