
Bogor, AF – Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, impor tapioka (tepung singkong) pada 2017 ini diproyeksi mencapai 600.000 ton hingga 1 juta ton. Semua pihak di dalam negeri, terutama pemerintah, harus memberi prioritas dalam menekan angka impor tersebut.
Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Suharyo Husen mengatakan, setiap tahun, kebutuhan tepung tapioka mencapai 8,5 juta ton. “Kabutuhan industri di dalam negeri cukup besar,” kata Suharyo di Bogor, Minggu (21/5).
Dia menyebutkan, impor tepung tapioka juga disebabkan perbedaan harga yang besar antara produk impor dan pasokan lokal. Saat ini, harga tapioka impor asal Thailand sampai di Jakarta hanya Rp 4.000 per kg, padahal di dalam negeri harganya Rp 5.000 per kg. Dengan persaingan harga tersebut, sejumlah usaha pengolahan singkong di dalam negeri cenderung berhenti beroperasi. “Pasokan dari dalam negeri masih minim sehingga impor tidak bisa dibendung. Banyak pabrik yang tutup, mulai Oktober tahun lalu sampai dengan Februari,” kata Suharyo.
Di sisi lain, kebutuhan tapioka semakin meningkat dalam industri makanan. Untuk itu, pemerintah perlu memberi insentif bagi pengembangan industri tapioka sehingga produksi di sejumlah daerah tetap berjalan.
“Sejumlah daerah berupaya meningkatkan produksi tapioka dengan mengolah singkong dari petani. Namun, sulit bersaing sehingga perlu diberi semacam insentif sehingga gairah untuk mengolah singkong tetap ada,” ujarnya.
Dikatakan, dalam jangka panjang sejumlah daerah sentra singkong perlu meningkatkan produktivitasnya. Apalagi, budidaya singkong lebih mudah dan pasarnya lebih terjamin. [AF-2]
Be the first to comment