Labuan Bajo – Pasar udang di Nusa Tenggara Timur (NTT) masih sangat tebuka luas untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat. Salah satu sentra budidaya di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, terus berupaya memenuhi pasar lokal tersebut.
Menurut praktisi budidaya udang Angelus Nainggalas, Minggu (27/1), kebutuhan udang masih sangat besar di sejumlah wilayah NTT, terutama daerah-daerah destinasi wisata yang mulai berkembang. Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal, pasokan proteni yang bergizi tersebut juga dicari para wisatawan.
“Permintaan dari beberapa kota di NTT, termasuk Labuan Bajo, masih sangat tinggi. Budidaya yang kami rintis masih perlu diperluas di beberapa kota lainnya,” ujar Angelus saat panen perdana udang di Labuan Bajo.
Angelus yang juga jebolan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini memulai budidaya udang di Labuan Bajo sejak tahun lalu. Dia merintis tambak dengan menebar 300.000 benur (benih udang) pada sebagai awal budidaya udang profesional. Udang ditebar pada tiga tambak dengan ukuran 1.200 meter persegi, 1.500 meter persegi, dan 1.800 meter persegi.
Kerja keras yang dimulai dengan mengolah lahan rawa menjadi tembak sejak pertengahan 2018 itu mulai membuahkan hasil. Beberapa tambak tersebut mulai dipanen bertahap pada umur 70 hari dan ukuran 55 tonase 1250 kilogram (kg), lalu umur 70 size 65 tonase 1300 kg, dan umur 70 hari size 75 tonase 1150 kg.
Baca : Tambak Udang Beroperasi, Kembangkan Inti-Plasma di Manggarai Barat
“Secara bertahap mulai panen udang. Semuanya masih untuk memenuhi pasar lokal, belum ada yang dikirim ke luar NTT,” ungkap pria yang aktif dalam Forum Komunikasi Praktisi Akuakultur (FKPA) ini.
Sebagai gambaran, pengalaman sekitar 25 tahun dalam budidaya udang di Provinsi Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Tengah telah mendorong Angelus mengembangkan udang di NTT. Dia juga memiliki sertifikasi dalam budidaya udang sehingga sering memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petambak udang. Budidaya dimulai dari Manggarai Barat karena prospek lahan yang masih sangat luas dan kebutuhan pasar udang yang cukup tinggi.
Secara nasional, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat komoditas udang masih menjadi primadona untuk ekspor hasil perikanan. Hingga akhir 2018 lalu, ekspor udang diprediksi mampu menembus US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 26,3 triliun dengan pasar tujuan ekspor utama dari Amerika Serikat (AS).
Dalam dua hingga tiga tahun ke depan, KKP terus berupaya mendongkrak peningkatan ekspor udang nasional dengan target ekspor mencapai US$ 2,8 miliar per tahun. Guna mencapai target tersebut, dibutuhkan tambahan volume ekspor udang sebesar 100.000 ton. Selama ini, produksi udang budidaya merupakan penyumbang terbesar ekspor udang nasional yang mencapai 80%. [AF-03]
agrifood.id // agrifood.id@gmail.com
Be the first to comment