Labuan Bajo – Potensi budidaya udang di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), masih sangat besar. Pola inti-plasma bisa dilakukan agar para pembudidaya lokal bisa berkembang sehingga bisa mengatasi beberapa kendala yang ada.
Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Manggarai Barat Yeremias Ontong kepada Agrifood.id, Selasa (20/11) mengatakan potensi yang besar tersebut didukung ketersediaan lahan dan pasar untuk konsumsi udang.
Namun, dia mengakui, tidak mudah untuk mengembangkan budidaya udang secara profesional karena ada beberapa kendala, seperti benih, ketrampilan, dan ketersediaan sarana pendukung lainnya. “Potensi besar tetapi ada beberapa kendala yang tidak mudah diatasi oleh para petambak lokal,” ujarnya.
Untuk itu, kata dia, pola inti-plasma bisa dilakukan mulai dari skala kecil sehingga ada kemitraan dari model yang profesional dengan petambak rakyat di sekitar Labuan Bajo atau Manggarai Barat secara umum.
“Kami pernah membuka tambak udang secara terbatas, tetapi ada beberapa kendala sehingga ditutup. Sistem inti-plasma bisa menjadi terobosan sehingga ada unsur pemberdayaan dari pengelola profesional,” katanya.
Pola inti-plasma tersebut, jelasnya, bisa dilakukan seiring dengan mulai beroperasinya budidaya udang yang dirintis oleh praktisi udang Angelus Nainggalas di Desa Gorontalo, Labuan Bajo.
Baca : Tingkatkan Produksi Udang, Labuan Bajo Butuh Revitalisasi Tambak
Untuk diketahui, Angelus sebagai perintis dan pengelola tambak telah menebar 300.000 benur (benih udang) pada Senin (19/1) sebagai awal budidaya udang secara intensif. Udang ditebar pada tiga tambak dengan ukuran 1.200 meter persegi, 1.500 meter persegi, dan 1.800 meter persegi.
Adapun penebaran benih perdana itu dihadiri berbagai kalangan seperti Kepala Bagian (Kabag) Budidaya-DKP Manggarai Barat Hari Setiawan serta petugas penyuluh lapangan (PPL) perikanan Manggarai Barat Ferdy Gampar. Selain itu hadir juga Ketua RT 3 Desa Gorontalo Ismal, Tua Golo (tetua adat) Gorontalo H Moh. Husein, perwakilan lembaga masyarakat dan beberapa pelaku usaha lokal.
Angelus yang juga alumni Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor (IPB) ini memiliki pengalaman sekitar 25 tahun dalam budidaya udang di Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Selain itu, dia juga memiliki sertifikasi dalam budidaya udang sehingga sering memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petambak udang. Jadi, pola inti-plasma yang diharapkan bisa dikembangkan di Labuan Bajo pun sangat mungkin dilakukan dengan sejumlah daya dukung dan persyaratan yang ketat.
Baca : Upsus Pajale Tingkatkan Produksi, Buku ‘NTT Su Bisa’ Diluncurkan
“Pengalaman selama ini bisa menjadi bekal untuk merintis tambak udang di NTT yang banyak memiliki kawasan pesisir. Kami mulai dari Labuan Bajo karena potensi pasar cukup besar,” ujar Angelus yang juga aktif dalam Forum Komunikasi Praktisi Akuakultur (FKPA) ini. [AF-03]
Silahkan baca agrifood.id || info lanjut ke agrifood.id@gmail.com
Be the first to comment