Bogor, Agrifood.id – Wabah African Swine Fever (ASF) atau demam (flu) babi terus meluas beberapa wilayah di Sumatera Utara. Di Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagai salah satu sentra peternakan babi di Indonesia, juga terus melakukan pengawasan ketat untuk mencegah merebaknya wabah tersebut. Salah satu upaya sosialisasi pencegahan ASF oleh Pemerintah Kabupaten Belu, NTT bersama Prisma (Promoting Rural Income through Support for Markets in Agriculture) beberapa waktu lalu.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Agrifood,id baru-baru ini disebutkan bahwa sosialisasi bersama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Keswan) Belu itu diharapkan bisa memperluas informasi dan upaya pencegahan atas wabah ASF. Saat ini, wabah ASF tersebut mematikan ribuan ternak babi dan belakangan menimbulkan masalah karena tidak dilakukan penguburan massal secara terpusat.
Baca : Banyak Iklan Susu Kental Manis Melanggar Aturan BPOM
Selain para peternak, hadir juga beberapa kepala desa, camat, petugas Karantina Motaian, para kepala resort peternakan, petugas veteriner dan paramedik serta jajaran TNI-Polri (Babinsa dan Babinkamtibmas). Semua pihak dan masyarakat juga diminta segera melapor jika ada tanda-tanda babi sakit atau meninggal.
“Setelah memahami ASF maka peserta diminta untuk dapat secara aktif melakukan pelaporan jika ada kasus babi sakit atau mati sehingga dapat segera ditangani. Selain itu juga agar tidak menyebarluas,” kata Maria Erwina yang juga Kepala Seksi Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Keswan Belu.
Disebutkan bahwa sosialisasi itu dilakukan di Desa Tulakadi, Kecamatan Tasifeto, yang terletak berbatasan dengan negara Timor Leste. Kegiatan yang digelar pada Jumat (15/11) itu diikuti 125 perwakilan peternak dari Desa Tulakadi, Silawan, Asumanu, Maumutin, Tohe, Kenebibi, Dualaus, Fohoeka dan Nanaenoe.
Kegiatan tersebut dibuka Amandus Linci selaku Sekretaris Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Belu. Amandus menyampaikan pemerintah daerah telah mengambil langkah-langkah cepat dalam penanganan pencegahan penyebaran ASF. Salah satunya dengan menerbitkan instruksi Bupati Belu No. Dinas PKH.524.3/537/X/2019, lalu bersama Balai Besar Veteriner Denpasar melakukan surveilance dengan mengambil sampel darah babi di beberapa desa di Kabupaten Belu.
“Selain itu, berkoordinasi dengan para camat dan kepala desa untuk melakukan sosialisasi bagi masyarakat. Kali ini bersama dengan Prisma melakukan sosialisasi di desa-desa yang berbatasan dengan Timor Leste,” jelasnya.
Pada kesempatan itu, jajaran Prisma yang dipimpin Joel Tukan juga menyerahkan berbagai media sosialisasi berupa spanduk, poster, flyer, dan stand banner. Hal itu sebagai langkah awal kepada peternak sehingga bisa melakukan budi daya yang baik dan benar.
Baca : Masyarakat Waspada, Hipmi Jaya Dorong Pangan Tanpa Pengawet
“Media komunikasi tersebut sangat penting untuk disebar ke masyarakat. Bagi pihak-pihak yang menyebar informasi itu juga diharapkan membangun dialog informal dengan sesama rekan peternak lainnya. Dengan demikian ada pemahaman yang bisa diberikan secara mendalam,” jelasnya.
Untuk diketahui, Prisma merupakan program multi tahun di bawah Australia-Indonesia Parthnership for Rural Economic Development (AIP-Rural). NTT merupakan provinsi dengan jumlah ternak babi terbanyak dan perlu penanganan budidaya yang lebih profesional. [AF-03]
agrifood.id // agrifood.id@gmail.com
Be the first to comment