Jakarta – Pemerintah menyiapkan percontohan perkebunan teh rakyat guna mencegah penurunan areal perkebunan teh nasional. Luas areal perkebunan teh Indonesia terus menerus menurun sejak 1998, dari 157.039 hektare (ha) menjadi hanya tersisa 118.252 ha pada 2017. Jadi, dalam kurun waktu 19 tahun, areal perkebunan teh di Indonesia menurun seluas 38.787 ha atau rata-rata menurun lebih dari 2.000 ha per tahun.
Dengan kondisi tersebut, Kedeputian Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian mengadakan workshop bertajuk Penyusunan Rencana Pembangunan Percontohan Perkebunan Teh Rakyat di Jakarta, dua pekan lalu.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud menuturkan, salah satu tujuan workshop adalah mencegah penurunan area teh dan sekaligus mendorong peningkatan areal teh secara nasional. “Salah satu cara untuk mempertahankan areal seluas itu adalah dengan mempercepat penanaman baru (new planting) di lahan milik petani teh rakyat sendiri dan di lahan PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat),” tutur Musdhalifah.
Musdhalifah menjelaskan, teh juga memiliki nilai ekonomis sama halnya dengan komoditas yang lain. Teh Indonesia juga sudah terbuka untuk pasar, tinggal menyiapkan perkebunan teh baru. “Kualitas teh sudah ada, produktivitas teh sudah ada, tinggal memaksimalkannya,” jelasnya, sebagaimana keterangan tertulis dari Kemenko Perekonomian.
Kemudian, akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi petani teh juga menjadi perhatian. Sebab KUR yang ada selama ini adalah KUR tahunan. Kemenko Perekonomian berharap ada skema KUR yang menyesuaikan siklus panen dan bisnis petani teh. “Kalau yang pertahunan dirasa menyulitkan, sehingga mungkin ada skema setiap berapa bulan sekali. Supaya teman-teman yang bergerak di bidang bisnis tersebut lebih bisa mengakses KUR dengan mudah,” ungkapnya.
Dalam kurun waktu lima tahun, pemerintah melakukan program intensifikasi dan rehabilitasi untuk membantu petani dalam meningkatkan produktivitas teh. Salah satu daerah yang berhasil mengaplikasikan program tersebut yaitu perkebunan teh rakyat milik Kelompok Tani Neglasari di Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.
(Baca : Semakin Kritis, FAO Fasilitasi Bahas Teh Rakyat dari Delapan Negara)
Dengan program intensifikasi dan rehabilitasi, rata-rata produktivitas nasional BUMN teh sebanyak 1.983 kg per ha per tahun, kemudian perkebunan besar swasta (PBS) teh 1.552 kg per ha per tahun, dan teh rakyat sebanyak 1.412 kg per ha per tahun. Dalam workshop tersebut, pemulihan eksositem Sungai Citarum juga menjadi sorotan karena menurut World Bank, Citarum merupakan sungai terkotor di dunia.
“Kami ingin menghasilkan pembangunan percontohan teh rakyat seluas 1.000 ha di hulu Sungai Citarum. Untuk itu, sangat penting memulihkan ekosistem daerah aliran Sungai Citarum untuk mewujudkan Sungai Citarum bersih, sehat, dan lestari,” ujar dia. [AF-03]
Be the first to comment