Bogor, AF – Saat masa perkenalan pada hari pertama kuliah tanggal 5 Oktober 2015, tidak ada pemberitahuan apapun soal kehadiran putri Presiden RI. Bahkan, tidak semua teman sekelas R55 mengenal sosok dan wajah Kahiyang Ayu. Kahiyang pun tidak menyebutkan bahwa dia adalah anak Jokowi.
“Waktu itu dikumpulkan semua mahasiswanya, ada 65 orang. Banyak juga yang tidak tahu siapa Kahiyang. Tahunya pas sudah ada yang cerita. Tapi, dia (Kahiyang) biasa aja kok, sama kayak mahasiswa lainnya,” kata seorang mahasiswi, rekan sekelas Kahiyang, seperti ditulis media lokal.
Selain sesama rekan kuliah yang belum mengenal, dalam kuliah-kuliah awal selanjutnya pun, beberapa dosen ‘kaget’ ketika tahu Kahiyang adalah putri mantan Gubernur DKI Jakarta ini. Umumnya rasa ingin tahu itu terlihat saat perkenalan dosen dengan mahasiswa, ketika perkuliahan akan dimulai. “Ada juga dosen-dosen yang saat berkenalan ingin tahu yang mana itu Kahiyang,” kata Ahmad Saifi Athoillah yang juga Ketua Kelas R55 ini.
Meski terlihat biasa saja dan berbaur dengan sesama mahasiswa, standar pengawalannya tetap ada. Setiap ada Kahiyang, pasukan pengamanan presiden (Paspampres) selalu ada berada di sekitar kampus. Mungkin pernah mendapatkan arahan dari Jokowi yang sering tidak mau terlihat formal, kehadiran para pengawal itu pun tidak terlalu mencolok. Ini juga membuat sosok
“Biasanya dua orang yang selalu ada untuk mengawal. Kadang satu cewek dan satu cowok,” kata Hasan, salah satu petugas SB IPB.
Selama menjalani perkuliahan, tidak ada yang sangat distimewakan terhadap Kahiyang dan juga terhadap kelas R55. Setiap dosen tidak ada pemberitahuan khusus terkait apa yang boleh dan tidak boleh disampaikan atau dilakukan dalam kelar R55. Demikian juga untuk mengkritisi pemerintah saat ini, jika dalam materi perkuliahan terkait ekonomi atau kebijakan lainnya. Maklum, meski beberapa mata kuliah membahas perekonomian secara teoritis, tetapi dalam diskusi pasti harus membahas tentang ekonomi Indonesia terkini.
Dekan SB IPB Noor Azam Achsani dalam sebuah kesempatan menegaskan bahwa tidak ada perlakukan istimewa tersebut terhadap siapa pun di SB IPB. Demikian juga terhadap Kahiyang sekalipun, tidak ada perlu ada kesungkanan untuk mengkiritis kebijakan pemerintahan Jokowi.
“Semua berjalan apa adanya, sebagaimana aktivitas perkuliahan yang sudah ditentukan. Jika ada yang harus dikritisi, maka itu menjadi tanggung jawab dunia akademis dan harus tetap konsisten,” kata mantan Direktur Akademik MB IPB ini.
Aktivitas perkuliahan S2 di SB IPB sebenarnya cukup padat. Hal ini seakan-akan menjadi ciri khas bahwa kuliah di S1 dan pascasarjana IPB itu tidak mudah. Tidak hanya materi pada jam kuliah, tetapi juga banyaknya tugas yang membutuhkan waktu dan energi untuk menyelesaikannya. Tumpukan tugas-tugas itu biasanya diselesaikan di sela-sela jam istirahat atau usai jam kuliah. Salah satu tempat favorit yang bisanya digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah, apalagi tugas kelompok, adalah ruang diskusi (biasa disebut dengan Rudis). Ada sekitar empat ruang diskusi yang disediakan SB IPB dengan kapasitas antara 5-10 orang. Masing-masing ruangan itu diberi nama Ruang Tulip, Ruang Melati, Ruang Aster dan Ruang Mawar.
“Ruang diskusi ini juga menjadi tempat persiapan beberapa jam sebelum ujian dalam kelas digelar. Saat-saat kritis menjelang ujian, tukar pikiran di ruang diskusi menjadi sangat penting bagi mahasiswa eksekutif yang sudah kesulitan membagi waktu dengan kerja,” kata Novian Zen, salah satu mahasiswa kelas eksekutif.
Ruang diskusi ini sangat diminati mahasiwa. Sebagaimana mahasiswa lainnya, Kahiyang pun pernah terlihat serius bersama sejumlah rekan-rekannya dalam ruang diskusi. Sosok sederhana dan tampil apa adanya ini justru membuat Kahiyang mudah bergaul dengan rekan sekelas, termasuk ngariung bersama di ruang diskusi.
Keberadaan ruang diskusi ini jugalah membuat aktivitas SB IPB hampir tidak berhenti selama 24 jam. Ketika aktivitas perkuliahan dari jam 07.30 WIB hingga pukul 22.00 WIB sudah kelar, tidak demikian halnya dengan ruang diskusi. Tidak jarang juga bangku-bangku dalam ruang diskusi menjadi tempat tidur darurat menjelang dini hari. Petuga Satpam biasanya memaklumi saja, namun pada jam aktif perkuliahan, tidak diperkenankan untuk tidur.
Boleh dikatakan, hampir semua mahasiswa SB IPB pasti pernah menikmati ruang diskusi ini. Selain untuk keperluan kuliah, ruang diskusi ini juga bisa jadi ajang ngobrol-ngobrol bagi para mahasiswa lintas angkatan. Demikian juga Bobby yang kadang terlihat ngopi bersama rekan-rekannya. “Beberapa kali ngopi bareng Bobby. Orangnya enak dan tidak pelit pengalaman,” ujar Galih Andhika, mahasiswa SB IPB kelas E45 yang juga rekan ngobrol Bobby.
Menurut Galih, obrolan pun bisa berlanjut di kursi semen bawah pohon yang tidak jauh dari ruang diskusi tersebut. Sosok Bobby sebenarnya enak untuk diajak diskusi, mulai dari membahas tugas-tugas kampus hingga berbagai persoalan lain, seperti peluang wirasuaha.
Bobby-Kahiyang, Romantisnya Saung Kampus dan Semangat Baru IPB (3)
Selain ruang diskusi, perpustakaan dan area lobby perpustakaan menjadi tempat favorit bagi mahasiswa menyelesaikan tugas-tugasnya atau sekadar berdiskusi. Jika dalam ruang diskusi bisa bersuara bebas, tidak demikian halnya di perpustakaan atau area lobby. Beberapa kali, Kahiyang bersama rekan-rekannya, demikian juga Bobby pun terlihat di kawasan ini. Bagi mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir (thesis atau disertasi) dipastikan sering mengunjungi perpustakaan. [Heri SS]
Be the first to comment