Kisruh Belum Berujung, Ini Teknologi Pengolahan Beras Premium dari IPB

Ilustrasi mesin penggilingan padi.

Bogor, AF – Peneliti dari Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Rokhani Hasbullah mengenalkan teknologi memproduksi beras premium. Pengolahan beras ke beras dari kualitas beras mutu rendah atau medium menjadi mutu tinggi atau premium dengan tambahan mesin, seperti pemisah batu dan gabah, pembuat mengkilap, memisahkan butir sesuai warna, serta memisahkan menir dari kotoran lainnya.

Dia mengatakan, teknologi untuk meningkatkan beras medium ke premium sangat memungkinkan. Dilihat dari sebagian besar petani di Indonesia menggunakan penggilingan padi kecil yang hanya menggunakan dua mesin yakni husker (mesin pengupas) dan polisher (penyosoh). Teknologi penggilingan padi skala kecil ini menghasilkan beras yang derajat sosohnya tidak bisa tinggi sehingga beras putih bening tidak didapat dan masuk mutu rendah.

“Disini peluang pasar bagi pelaku bisnis supaya meningkatkan kualitas beras menjadi berkualitas,” kata Rokhani di Bogor, Selasa.

Rokhani menjelaskan, untuk mengubah mutu beras tersebut diperlukan tambahan mesin selain husker dan polisher, yaitu mesin destoner (pemisah batu dan gabah), shinning machine (untuk mengkilap dengan batuan uap/steam), shifter untuk memisahkan menir dan kotoran lainnya, mesin color sorter untuk memisahkan butir merah, kuning, dan butir yang mengapur, length grade untuk memisahkan beras kepala.  “Lenght grade ini bisa disetel apakah menginginkan beras kepala 100 persen, 95 persen atau 90 persen sesuai kelas mutu yang diinginkan,” katanya.

Dia menjelaskan, material handling machine seperti bucket elevator atau belt conveyor untuk aliran bahan dari dan setiap ke setiap unit operasi secara otomatis, auto weighing untuk menimba secara otomatis, packing machine untuk mengemas, exhause fan untuk menyedot debu sehingga ruang produksi bersih dan nyaman.

Menurut dia, selain bentuk fisik, mutu juga ditentukan oleh preferensi konsumen yang biasanya lebih ditentukan oleh varietas dan daerah tubuh. Varietas yang sama pun bisa jadi harganya berbeda karena rasanya memang berbeda sesuai daerah tumbuhnya.

Dia mengatakan, dalam dunia bisnis bisa saja dilakukan pencampuran (blending) atau dikenal dengan istilah mengoplos, antar varietas atau varietas yang sama tapi antardaerah tumbuhnya agar diperoleh rasa, aroma dan tekstur nasi yang disukai konsumen namun dapat menekan harga jualnya. Adanya jaminan mutu melalui penerapan cara berproduksi yang baik seperti good manufacturing practices (GMP) dan pelabelan yang mencantumkan nutrition fact ataupun ijin edar PSAT (Pangan Segar Asal Tumbuhan) dan halal akan meningkatkan kepercayaan konsumen dan konsumen pun mau membelinya dengan harga yang lebih mahal dan tidak merasa dirugikan.

Namun, kata dia, mengkonsumsi beras premium tidaklah menyehatkan karena dengan derajat sosoh yang tinggi membuat beberapa kandungan gizi pada beras seperti protein, lemak, mineral dan vitamin sudah berkurang sehingga porsi karbohidrat meningkat dan berpotensi terserang penyakit diabetes bagi yang mengkonsumsinya.
“Kalau ingin sehat konsumsilah beras pecah kulit (brown rice) atau beras pratanak (parboiled rice) atau pangan lainnya yang memiliki indeks glikemik rendah,” kata Rokhani, seperti ditulis Antara.

Seperti diketahui, polemik beras premium sempat mencuat setelag penggerebekan di gudang PT Indo Beras Unggul (PT IBU). Pihak Mabes Polri menilai produsen beras merek Maknyuss dan Ayam Jago itu melanggar sejumlah aturan. Namun, PT IBU membantah sejumlah tudingan terkait produksi beras premium. [AF-04]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*