BPOM Sebut Banyak Jajanan Picu Penyakit, Olahan Singkong Frozen Tanpa Pengawet

Aneka kudapan dari singkong parut frozen (AF)

JAKARTA, AF – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkap pihaknya menemukan banyak jajanan pasar yang menggunakan bahan berbahaya dan berpotensi memicu kanker.
Plt Kepala BPOM Lucia Rizka Andalusia mengatakan bahan berbahaya tersebut antara lain formalin, boraks, rhodamin B, dan metanil yellow. Formalin umum digunakan untuk pengawet bahan agar tidak cepat rusak. Namun formalin justru ditemukan pada pangan.

“Ini [formalin] paling banyak, nih. Kalau beli bakso, beli soto mi, beli mi goreng, ini mi yang warnanya kuning dan dia awet bisa seminggu lebih dia enggak rusak, bulanan bahkan, karena mengandung formalin,” ujar Rizka seperti dilaporkan detikHealth, Jumat (5/7/2024).

Kemudian ada pewarna rhodamin B dan metanil yellow. Rhodamin B dilarang penggunaannya karena bersifat karsinogenik. Pewarna ini biasa digunakan untuk pewarna kertas, tekstil, sabun, kayu, plastik dan kulit. Rhodamin B bisa diserap tubuh terutama di saluran pencernaan. Konsumsi jangka panjang bisa membuat rhodamin B menumpuk di lemak. Dalam uji pada hewan tikus, paparan rhodamin B bisa memicu gangguan fungsi hati dan kanker hati.

“Rhodamin ini, cone-nya es krim yang warnanya merah ini yang mengandung Rhodamin B. Ini juga terus digalakkan oleh Badan POM,” imbuh Rizka.

Baca : Dilatih Olah Singkong Parut, PKK Kedungbadak Baru-Bogor Tertarik dengan “Klaperkong”

Selain rhodamin B, pewarna yang berbahaya buat tubuh adalah metanil yellow. Metanil yellow umum digunakan dalam industri tekstil, cat, kertas dan kulit binatang. Efek jangka pendek mengakibatkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas dan rasa tidak nyaman. Efek jangka panjangnya bisa memicu kanker kandung kemih. Sementara itu, penggunaan boraks juga masih banyak terutama untuk pembuatan kerupuk gendar atau kerupuk yang terbuat dari nasi.

Rizka menyebut harga yang murah membuat pedagang kecil menggunakan bahan-bahan tambahan pangan yang sebenarnya berbahaya. Oleh karenanya, BPOM terus menggalakkan laboratorium keliling untuk uji cepat bahan tambahan pangan. “Nah dengan lab-lab keliling ini, kita bisa menembus sampai ke pasar-pasar yang di-close-up-close-up ya untuk mengurangi hal ini,” pungkasnya.

Baca : Singkong Parut dan Olahan Frozen Kembali Hadir di Pasar Tani Depok

Sementara itu, Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) mendorong agar masyarakat lebih banyak mengolah dan memproduksi sendiri aneka jajanan (snack) dari singkong. Namun, salah satu kesulitannya adalah mengolah singkong untuk dibuat aneka cemilan tersebut. Selain ketersediaan singkong yang tidak stabil setiap saat, proses mengupas dan memarut pun menjadi kendala tersendiri. Hal ini bisa diatasi dengan menggunakan singkong parut beku (frozen) dengan kualitas singkong terjamin.

Sejumlah ibu rumah tangga di Kota Depok dan Bogor, Jawa Barat, mulai menggunakan singkong parut frozen untuk membuat aneka kudapan dari singkong parut. Selain lebih praktis, pengetahuan dan kemampuan membuat aneka olahan singkong juga tidak terlalu sulit. Dengan singkong parut frozen, berbagai jajanan yang dibuat pun tidak menggunakan aneka bahan tambahan kimia maupun pengawet. Dengan demikian produk olahan singkong lebih sehat dan tidak menjadi acaman penyakit. [AF-04]

Advertorial

IpebeComm melayani berbagai jasa, seperti komunikasi (government/ community/private), media/public relation, promosi, business intelligent, analisis media, penulisan kreatif, editor buku hingga crisis management. Didukung dengan tim profesional, berpengalaman luas dalam komunikasi dan pernah berkarir di sejumlah media nasional/internasional. Info lebih rinci bisa hubungi 081356564448 atau agrifood.id@gmail.com.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*