
Jakarta, Agrifood.id – Stunting tidak hanya mengancam daerah-daerah pedalaman atau kawasan yang sulit mengakses makanan bergizi. Rupanya, wilayah DKI Jakarta juga memiliki anak dan bayi yang terancam stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis karena minimnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama sehingga menyebabkan kekerdilan dari standar usianya.
Data tahun 2018 lalu menunjukkan sekitar 27% atau 17.000 anak di DKI Jakarta menderita stunting tersebut. Fakta itu menunjukkan bahwa DKI Jakarta yang notabene Ibu Kota Indonesia ternyata memiliki angka penderita stunting cukup tinggi. Sesuai data Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), tingkat stunting secara nasional adalah 37%.
Kesulitan ekonomi menjadi faktor utama bagi para orang tua di perkotaan sehingga tidak bisa menyediakan makanan bergizi. Untuk keluarga miskin, bisa dimaklumi soal kesulitan tersebut. Namun, ancaman stunting ternyata tidak saja pada keluarga miskin. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pernah megungkapkan bahwa masalah gizi kronis bukan hanya terjadi dari keluarga kurang mampu (miskin), tetapi juga pada keluarga yang berkecukupan (kaya).
Baca : Pengawasan Pangan Olahan, BPOM Pakai Aplikasi “Ayo Cek Klik”
Kesibukan dari para orang tua di sejumlah kota besar bisa menjadi penyebab keluarga kaya terancam stunting. Apalagi keluarga-keluarga muda yang masih disibukkan dengan tanggung jawab pekerjaan sehingga kondisi bayi atau anak tidak terlalu diperhatikan. Selain itu, faktor kualitas makanan itu sendiri yang juga menjadi penyebabnya.
“Hampir semua makanan bayi atau anak-anak itu ternyata usianya sudah lama. Maksudnya jangka waktu produksi dan siap dikonsumsi itu ada selang waktu yang bervariasi. Cukup sulit mendapatkan makanan segar dengan kualitas yang terjamin,” ujar Ifatul Khasanah, calon ibu yang saat ini memproduksi dan menjual makanan bayi.
Menurut jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, makanan bayi yang segar dan siap dikonsumsi itu sangat sulit. Akibatnya, banyak keluarga muda hanya mengandalkan makanan siap saji yang sudah lama diproduksi. Kondisi ini juga menyebabkan ketersediaan gizi bagi anak-anak dan bayi tersebut pun sulit terpenuhi.
Ifatul dan suaminya, Faiz Ghifari, lalu terdorong untuk memproduksi olahan makanan segar untuk bayi dan anak-anak. Berbagai jenis makanan yang diproduksi itu akan disesuaikan dengan kebutuhan kalori dari bayi atau anak yang bersangkutan.
Baca : Industri Ekstraksi Bahan Pangan Perlu Dikembangkan
Usaha suami-istri muda itu lalu dinamakan Bubays yang didukung dengan aplikasi untuk pemesanan dan distribusinya. Jadi, Bubays menghadirkan makanan bayi sehat untuk keluarga muda di Indonesia, yang bisa diantar hingga ke rumah pemesan. Platform ini memastikan makanan yang dibuat dengan bahan-bahan segar, lezat dan bernutrisi tinggi yang diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Platform teknologi ini memungkinkan pengguna untuk secara khusus memesan makanan bayi berdasarkan usia bayi, alergi dan juga membantu melacak tumbuh kembang bayi.
Bubays yang digagas Ifatul dan Faiz ini merupakan satu dari empat 4 startups (usaha rintisan) di Indonesia yang dihasilkan melalui program Antler di Singapura. Antler sendiri merupakan startup generator global yang membantu pengembangan tahap awal dari sejumlah usaha rintisan.
Jussi Salovaara selaku pendiri dan Managing Partner Antler mengatakan pihaknya terus berupaya untuk mencetak lebih banyak pengusaha Indonesia yang mampu membangun startup yang sukses melalui platform, pendanaan, dan ekosistem yang dimiliki Antler.
Dia melihat banyak individu di Indonesia yang terdorong untuk menjadi pengusaha. Untuk itu, Antler ingin memberi sistem pendukung untuk menciptakan startup yang sukses di Indonesia dan sekitarnya. Antler mempunyai target untuk membantu mendirikan setidaknya 20 startup Indonesia setiap tahun dan memberikan dukungan bagi para pendiri startup dengan membentuk tim yang tepat, memberikan pendanaan bagi mereka sejak hari pertama (fase awal) dan memberikan akses ke platform serta jaringan penasihat bisnis global.
“Kami melihat bahwa pasar domestik di Indonesia sangat besar dan terdapat banyak peluang di dalamnya, namun masih banyak kekurangan pada wadah dan ekosistem bagi individu yang ingin membangun perusahaannya dari awal. Antler ingin menjembatani kesenjangan itu,” kata dia. [AF-03]
agrifood.id // agrifood.id@gmail.com
Be the first to comment