
Kupang, Agrifood.id – Potensi bisnis dari peternakan babi dan produk olahannya di Nusa Tenggara Timur (NTT) masih sangat besar. Di Kota Kupang saja, dalam sehari diperkirakan produksi daging s’ei babi bisa mencapai 2,5 ton. Jumlah tersebut belum termasuk kebutuhan konsumsi masyarakat dalam berbagai olahan daging babi yang lain.
Informasi yang diperoleh Agrifood.id dari sejumlah sumber menyebutkan produksi daging se’i babi pada sejumlah outlet (toko) di Kota Kupang bisa mencapai 2,5 ton per hari atau setara dengan 500 ekor babi per hari. Estimasi produksi tersebut diperhitungkan dari transaksi beberapa outlet besar, sedang, dan lapak-lapak kecil yang beroperasi setiap hari.
Baca : Amman Mineral Budidayakan Lebah Madu di Areal Reklamasi
Pantauan Agrifood.id juga menunjukan bahwa kebutuhan daging se’i, baik babi maupun sapi, cukup tinggi. Selain untuk konsumsi masyarakat lokal, daging se’i juga sudah banyak diminati beberapa warga di luar NTT. Sebagian besar wisatawan biasanya membeli daging se’i (babi dan sapi) sebagai oleh-oleh khas dari NTT.
Seperti diketahui, daging se’i atau se’i adalah daging asap yang khas dari NTT. Daging dimasak dengan kayu bakar yang berjarak jauh sehingga bukan lidah api yang mematangkan daging, melainkan asap panas. Ada se’i dari daging sapi dan daging babi, serta belakangan terdapat juga se’i dari ikan.
Baca : Kerugian Hog Cholera Setara dengan Pendapatan Pajak NTT Tahun 2013
Dikonfirmasi terpisah, Asosiasi Peternak dan Pengusaha Babi (Asppebi) NTT menilai kebutuhan babi yang tinggi tersebut menjadi peluang bagi masyarakat NTT. Dengan 500 ekor babi per hari, pola peternakan masyarakat juga harus dibenahi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
“Ini menjadi peluang bagi peternak di NTT karena bisa memasok babi secara rutin. Tentu kualifikasi dan kualitas daging babi yang dihasilkan juga harus memenuhi standar yang terbaik,” kata Petrus Malo Bulu yang juga Wakil Sekjen Asppebi NTT.
Dosen Politeknik Pertanian Negeri (Politani) Kupang itu menjelaskan bahwa pemberdayaan peternak babi tersebut sangat penting. Dengan potensi bisnis yang besar maka komoditas ternak babi bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Untuk itu model beternak dan tata kelola peternakan juga harus dibenahi agar kualitas daging babi yang dihasilkan juga bagus,” kata jebolan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.
Baca : Pasar Pakan Ternak di Sumba-NTT Bisa Dikembangkan
Sebelumnya, dalam workshop yang digelar program Promoting Rural Income through Support for Markets in Agriculture (Prisma), Kepala Dinas Peternakan NTT Dany Suhadi menjelaskan bahwa Pemerintah Provinsi NTT terus meningkatkan kualitas daging babi melalui keberadaan dua sentra pembibitan ternak babi. Kedua sentra pembibitan ternak babi itu, masing-masing di instalasi Tarus di Kabupaten Kupang untuk memenuhi kebutuhan di daratan Pulau Timor, dan instalasi Boawae di Kabupaten Ngada untuk memenuhi kebutuhan anakan babi di daratan Pulau Flores.
“Selain bibit unggul, kata Dany, pemerintah juga membuat formula pakan babi sendiri untuk konsumsi lokal maupun dijual kepada masyarakat,” ujarnya.
Untuk diketahuhi, workshop ternak babi melalui Prisma itu sudah digelar pada Agustus 2018 lalu. Hadir dalam rangkaian kegiatan itu adalah peternak, pemeritah daerah, pelaku usaha pakan dan obat-obatan hewan. Prisma merupakan program multi tahun di bawah Australia-Indonesia Parthnership for Rural Economic Development (AIP-Rural). [AF-03]
agrifood.id // agrifood.id@gmail.com
Be the first to comment