Pasar Pakan Ternak di Sumba-NTT Bisa Dikembangkan

Agen penjualan pakan PT Malindo Feedmill Tbk di Tambolaka, SBD, NTT, yang dikunjungi sejumlah jurnalis, pekan lalu.

Bogor – Konsumsi pakan ternak di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), bisa ditingkatkan. Namun, potensi pasar itu belum optimal karena pemeliharaan ternak, khususnya babi, masih bersifat tradisional. Untuk itu, PT Malindo Feedmill Tbk mendorong edukasi bagi peternak babi guna meningkatkan kualitas dan produktivitasnya.
Public Relations Manager PT Malindo Feedmill Tbk Yetti Liza mengatakan pihaknya sangat mendukung edukasi bagi para peternak yang masih menggunakan cara-cara tradisional. Edukasi tersebut sangat penting dalam meningkatkan produktivitas ternak babi.

“Edukasi itu agar pemeliharaan babi tidak lagi menggunakan cara-cara tradisional, memanfaatkan pakan dan obat-obatan yang tepat, serta pengelolaan kandang yang bersih,” kata Yetty di Tambolaka, Sumba Barat Daya (SBD), NTT, pekan lalu.

Dikatakan, dengan memperkenalkan cara produksi yang baik dan akses yang semakin luas diharapkan pemanfaatan pakan ternak babi pun semakin meningkat. Dalam jangka panjang, pasar pakan akan terbentuk seiring dengan peningkatan kualitas serta produktivitas daging babi. “Akses peternak terhadap pakan masih terbatas di kawasan perkotaan saja. Ini yang perlu didorong hingga ke masyarakat pedesaan,” ujarnya.

Sejak awal 2018 lalu, Malindo menjalin kerja sama Promoting Rural Income through Support for Markets Agriculture (Prisma) yang merupakan salah satu program Australia-Indonesaia Partnership for Rural Economic Develoment (AIP-Rural). Kerja sama itu untuk memperkenalkan cara produksi yang baik dengan intervensi pakan serta mempermudah akses hingga ke pedesaan. Malindo sendiri sejak beberapa waktu lalu terus berupaya meningkatkan pasar pakan ternak di wilayah Indonesia Timur.

Secara terpisah, Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT Danny Suhadi mengatakan populasi ternak babi di NTT terus meningkat dalam satu dekade terakhir. Peningkatan itu didorong oleh tingkat kebutuhan yang terus bertumbuh. Sayangnya, produktivitas babi di NTT masih sangat rendah sehingga produksi daging juga masih kalah jauh dari daerah-daerah lain.

Dikatakan, NTT dengan populasi babi sudah mendekati 2 juta ekor menempati posisi tertinggi di Indonesia atau sekitar 23% dari total populasi babi nasional. Sayangnya, produktivitasnya masih rendah sehingga daging yang dihasilkan pun sangat sedikit. “Ini menyebabkan budidaya atau beternak babi belum masuk skala ekonomi,” kata Danny.

Dia menjelaskan, produktivitas ternak babi di NTT berkisar antara 0.1-0,3 kilogram (kg) per hari. Idealnya, harus mencapai 1 kg per hari untuk pertumbuhan setiap ekor babi unggul.
“Ketimpangannya masih sangat jauh antara 0,7-0,9 kg yang seharusnya bisa menjadi potensi pendapatan bagi peternak babi,” ujarnya. [AF-03]

2 Comments

  1. Selamat pagi…
    Sy sangat tertarik dari beberapa informasi terkait dengan pakan malindo…sy peternak babi asal kab. Ngada sangat ingin menggunakan produk ini…mohon dengan rendah hati bisa dibantu

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*