Ekspor Dilarang, Petani Rotan Kalteng Makin Terpuruk

Ilustrasi rotan yang siap diolah.

Sampit, AF – Pemerintah pusat diminta segera mencarikan solusi keterpurukan sektor rotan di Kalimantan Tengah agar petani dan pelaku bisnis rotan kembali bangkit dan mampu meraih kesejahteraan.

“Petani kita sedang susah akibat larangan ekspor rotan mentah dan setengah jadi. Masyarakat kita diminta menjual rotan ke industri dalam negeri, tapi industri dalam negeri tidak bisa menampung semuanya. Mudah-mudahan ada jalan keluar untuk ekspor rotan,” harap Wakil Bupati Kotawaringin Timur, HM Taufiq Mukri saat silaturahmi di Sampit, Kamis (10/8).

Menurut dia, sejak dulu rotan merupakan sumber penghasilan bagi sebagian masyarakat Kotawaringin Timur dan daerah lain di Kalimantan Tengah. Namun, kondisi itu berubah drastis setelah pemerintah memberlakukan larangan ekspor rotan mentah dan setengah jadi sejak akhir 2011 lalu.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah pernah menyurati pemerintah pusat agar ekspor rotan dibuka lagi, namun belum ada tanggapan. Masyarakat kecewa dengan kondisi ini sehingga sudah banyak yang membabat kebun rotan mereka dan menggantinya dengan pohon karet atau kelapa sawit.

Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Tipe Madya Pabean C Sampit, Hartono mengaku cukup prihatin dengan kondisi ini. Larangan ekspor rotan ternyata belum memberi dampak seperti yang diinginkan pemerintah, sementara petani sudah merasakan keterpurukan akibat kebijakan itu.

“Kita cari solusi, bukan hanya penegakan hukum. Kita perlu melakukan kajian untuk mencari solusi dan mencari akar permasalahannya. Tidak pas juga kalau pemerintah melarang ekspor rotan tapi tanpa solusi bagi masyarakat,” kata Hartono.

Belum lama ini, pihaknya bertemu dengan Asosiasi Petani Rotan atau Aspero Kabupaten Kotawaringin Timur, untuk mendengar aspirasi para petani dan pelaku usaha di sektor rotan. Aspirasi itu akan disampaikan dalam dalam rapat regional yang akan dihadiri sejumlah pihak terkait dalam waktu dekat. Berdasarkan informasi petani, Indonesia memasok sekitar 70 persen kebutuhan rotan dunia, yakni dari Kalimantan dan Sulawesi yang diperoleh melalui budidaya. Bahkan kualitas rotan Sampit diklaim merupakan yang terbaik di dunia.

Sektor rotan terpuruk karena industri dalam negeri hanya mampu menyerap sebagian kecil produksi rotan. Dari sekitar 500 ton rotan mentah yang dihasilkan Kalimantan Tengah setiap bulan, yang terserap hanya sekitar 150 ton atau 30 persen, sedangkan sisanya tidak terserap. Hal inilah yang diduga memicu pengusaha menjual rotan ke luar negeri secara ilegal.

Sebulan lalu, seperti ditulis Antara, Kantor Bea dan Cukai Pontianak mengamankan sebuah kapal bermuatan 120 ton rotan yang berasal dari Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat. Namun tidak menutup kemungkinan rotan tersebut sebagian berasal dari Kotawaringin Timur.

“Solusi ini yang penting untuk dikaji. Misalnya ekspor rotan dibuka lagi tapi dengan syarat kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi, kemudian sisanya boleh diekspor namun dengan kuota yang ditetapkan, serta nilai pajak yang ditentukan,” kata Hartono. [AF-04]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*