BANGKOK, AF – Ekspor tapioka Thailand ke China mengalami stagnan pada semester pertama 2024 karena peralihan sumber bahan baku ethanol dari jagung dan batubara. Hal itu dilakukan sejak Juli lalu ketika China mulai memproduksi ethanol dari pabrik di Provinsi Shaanxi.
Chumphol Kajohnchalearmsak yang juga Presiden dari Thai Tapioca Starch Association seperti dilaporkan Nationthailand.com mengatakan pabrik yang sudah mulai beroperasi penuh akan menghasilkan 500,000 tonn ethanol setiap tahun. Bahan baku yang digunakan lebih murah dari tapioka sekitar 3-4 yuan (15-20 baht) per ton.
“Pabrik ethanol tersebut akan menjadi terbesar di dunia yang akan mengurangi permintaan impor tapioka karena bahan baku digantikan dengan jagung dan juga tebu,” katanya.
Baca : Peluang Usaha Baru, GSN Tawarkan Jadi Agen dan Reseller Olahan Singkong
Chumphol mengatakan tahun 2023 lalu ekspor tapioka Thailand ke China mencapai 127 billion baht (sekitar Rp 58,8 triliun). Jumlah tersebut sudah mencapai 63% dari total kebutuhan tapioka China.
Dikatakan, pada paruh pertama tahun 2024, permintaan dari China turun sekitar 50% YoY karena fluktuasi nilai baht dan tingginya produksi jagung GMO (genetic modified organism/rekayasa genetika). “Inilah yang menggantikan tapioka dalam memproduksi etanol,” ujarnya.
Chumphol meminta pemerintah memberikan dukungan untuk menurunkan biaya atau meningkatkan produksi tapioka guna meningkatkan daya saing ekspor.
Baca : Aktor Korea Selatan Kim Soo-hyun: Makanan Indonesia Cocok untuk Saya!
Sementara itu, China telah meningkatkan kerja sama dengan Kamboja melalui Cambodia-China Cassava Alliance Association (CCCAA). Lembaga CCCAA bertujuan meningkatkan promosi dan ekspor aneka komoditas pertanian, khususnya singkong, ke China dan pasar global lainnya. Peresmian kerja sama itu dipimpin Va Roth San selaku Secretary of State of the Ministry of Commerce (Menteri Perdagangan) pada Juni lalu.
Seperti dilaporkan Khmertimeskh.com, CCCAA menjadi jembatan yang menghubungkan investor China dan Kamboja terkait singkong. Pihak China akan membantu petani Kamboja dalam hal teknik produksi dan budidaya, termasuk bahan-bahan lainnya untuk membantu Kamboja bersaing dengan negara lain.
“CCCAA akan memberikan bantuan teknis untuk membantu mendorong strategi, yang dapat menghasilkan lebih banyak karena China memiliki pabrik dan teknologi untuk meningkatkan hasil panen, sehingga membuat petani untung,” katanya. [AF-01]
Advertorial
IpeComm melayani jasa editor, penulisan kreatif, media/public relation, komunikasi (government/community/private), promosi, business intelligent, analisis media, hingga crisis management. Didukung tim ahli & profesional, berpengalaman luas dalam komunikasi dan pernah berkarir di sejumlah media nasional/internasional. Bisa hubungi 081356564448 atau agrifood.id@gmail.com.
Be the first to comment