Bogor, Agrifood.id – Penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan mengancam Kawasan Konservasi Taman Pulau Kecil Gugusan Gili Balu Poto Tano di perairan Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kerusakan terumbu karang dan biota laut masih saja terjadi dan nelayan makin sulit mendapatkan hasil tangkapan yang optimal.
Bahari, salah satu nelayan di Dusun Segena, Desa Kiantar, Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB, mengakui bahwa semakin sulit mendapatkan hasil tangkapan ikan yang banyak. Ketika ditemui pekan lalu, Bahari tengah menjaring ikan di perairan sekitar Pelabuhan Poto Tano.
Bahari mengakui bahwa upaya menangkap ikan dengan cara tradisional kurang memberikan hasil yang banyak. Hal itu menyebabkan dia dan beberapa rekannya mencari tangkapan laut yang lain, seperti siput dan tello (sejenis kerang lunak yang menempel pada terumbu karang, flatworm).
“Kalau tidak dapat ikan ya kami kumpulkan tello untuk dijual lagi. Sekali turun biasanya dapat 5-6 kilogram bersih. Biasanya dimasak untuk dijadikan lauk,” ujarnya.
Sayangnya, dari pengamatan Agrifood.id, tello yang diambil tersebut menempel dengan patahan-patahan terumbu karang yang sudah mati. Hal itu menunjukkan bahwa ekosistem tello tersebut semakin rusak dan sudah sulit untuk berkembang. Pengamboilan tello juga secara tidak langsung merusak ekosistem terumbu karang.
Bahari tidak menampik bahwa beberapa titik penangkapan ikan di kawasan itu rusak akibat ulah nelayan yang menggunakan bahan peledak rakitan. Ketika dirinya ditanya soal penggunaan bahan peledak, Bahari berusahaa mengelak.
Sukmaraharja yang juga Program Monitoring WCS Wilayah NTB mengatakan pihaknya sudah berupaya untuk berkolaborasi dengan masyarakat guna mencegah pemanfaatan KK TPK Gili Balu secara tidak berkelanjutan. Salah satunya bersama Pokwasmas (kelompok pengawas masyarakat) guna meningkatkan pengawasan dari kawasan tersebut. WCS Wilayah Nusa Tenggara Barat juga mendorong pemanfaatan potensi ikan kerapu dan kakap secara lestari dan berkelanjutan.
Untuk diketahui, KK TPK Gili Balu menjadi bagian dalam program Coral Reef Rehabilitation Management Program-Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI). Pemerintah melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sedang menggarap COREMAP-CTI untuk menjaga ekosistem terumbu karang. Pendanaan COREMAP-CTI berasal dari hibah luar negeri melalui Global Enviroment Facility dan disalurkan Asian Development Bank (ADB).
Tonny Wagey selaku Team Leader Marine and Fisheries Working Group – Indonesia Climate Change Trust Fund mengatakan ada empat komponen proyek COREMAP -CTI ADB, yakni aspek peningkatan kapasitas, ekologi, dan ekonomi dari pengelolaan kawasan konservasi perairan secara terintegrasi.
COREMAP-CTI ADB dilaksanakan di tiga kawasan konservasi perairan Indonesia yakni Gili Matra dan Gili Balu (Provinsi Nusa Tenggara Barat), serta Nusa Penida (Provinsi Bali). Ketiga kawasan konservasi perairan tersebut berada di ecoregion Lesser Sunda dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Hal itu karena menyediakan habitat bagi 76% spesies terumbu karang dan 2631 spesies ikan karang. Selain itu, beberapa kawasan di atas mendapat tekanan dari kegiatan pariwisata yang perlu diperhatikan daya dukungnya. [AF-03]
agrifood.id // agrifood.id@gmail.com
Be the first to comment