Bogor, AF – Seiring dengan peringatan Sumpah Pemuda, sejumlah pemuda/i berkumpul di Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (28/10), berbagi cerita dan pengalamannya dalam mengembangkan usaha bidang agribisnis. Kegiatan ini digagas Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor bekerja sama dengan Majalah Trubus, Yayasan Suligar, dan Himpunan Alumni Sosial Ekonomi (Sosek). Adapun tujuannya mendorong minat pemuda menjadi wirausaha muda pertanian.
Kegiatan seperti ini patut didukung karena fakta menunjukkan bahwa insentif di pertanian tidak menarik bagi kaum muda. Hasil Sensus Pertanian 2013 menyebutkan bahwa komposisi petani Indonesia yang berumur 35 tahun hanya 12 persen, petani yang berumur 35-45 tahun sebesar 26 persen dan petani berumur 45 tahun sebesar 62 persen.
“Insentif itu bukan berupa upah, meski upah menjadi indikator utama. Insentif berupa nonupah jauh lebih penting,” kata Mantan Wakil Menteri Pertanian yang juga pengajar Institut Pertanian Bogor (IPB) Bayu Krisnamurti.
Dia menjelaskan, sarjana yang dikirim ke sebuah desa saat ini menanyakan apakah di desa tersebut ada akses internet, sinyal ponsel dan listrik. Untuk itu, jelas Bayu, bagi para pemuda yang saat ini bergelut di sektor bisnis pertanian (agribisnis) adalah mereka yang berani melawan arus sehingga pertanian tetap keren untuk digeluti.
Salah satunya, Aang Permana, alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauatan IPB yang menjadi wiratani muda mengembangkan olahan ikan di Cianjur, Jawa Barat. Sebelumnya Aang bekerja sebagai tim survei untuk lokasi tambang hingga menikah dan punya anak. Ketika anaknya sakit karena sibuk bekerja, termasuk istri juga bekerja membuat waktu untuk keluarga hilang. Dia pun memutuskan untuk berhenti bekerja dan memulai usaha.
Bermodal pengalaman berkeliling Indonesia selama menjadi tenaga survei lapangan, Aang melihat potensi ikan di Indonesia yang bisa dikembangkan. “Karena saya sarjana perikanan, saya mencoba mengabdikan keilmuan saya, saya lihat potensi ikan-ikan lokal Indonesia potensial dikembangkan,” kata Aang.
Aang memanfaatkan potensi perikanan yang ada di waduk Cirata, Cianjur. Dengan sentuhan inovasi, ikan petek yang biasanya dijadikan sebagai ikan rucah atau pakan ternak, diubah menjadi produk unggulan berupa Crispy Ikan dengan label Sipetek. Dalam tiga tahun, distribusi pemasarannya sudah ada di kota-kota besar di Indonesia melalui reseller dan agen dari Aceh sampai Papua, bahkan beberapa di luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Hongkong, Beijing, Taiwan, dan Arab Saudi.
Kisah sukses lainnya datang dari Riza Fareza, petani jeruk di Garut Jawa Barat, dan Sutarjo yang mengembangkan usaha buah naga di Bogor. Demikian juga Nia dengan Cukbi atau Rendang Puncuk Ubi yang awalnya makanan tradisional dari Sijunjung, Sumatera Barat dan tidak dilirik kini mulai digemari banyak orang di kota.
Awalnya, Nia mengembangkan bisnis Cukbi karena ingin mengangkat nama kampung halamannya Sijunjung yang tidak dikenal banyak orang. Potensi bisnis ia lihat selama menjadi mahasiswa.
“Selama kuliah saya sering dikirimkan makanan rendang pucuk ubi oleh ibu saya, karena anak kosan, bagi saya rendang pucuk ubi ini makanan kelas rendahan, dimakan oleh masyarakat yang punya kemampuan ekonomi pas-pasan,” katanya.
Nia pun mengenalkan rendang pucuk ubi ke teman-teman kuliahnya, ternyata banyak yang menyukainya dan ingin memesan lagi. Melihat hal tersebut, dia tergerak mengembangkan usaha rendang pucuk ubi. Tahun 2015, inovasi rendang pucuk ubi menang lomba kewirausahaan di tingkat Kementerian Pertanian, hingga akhir 2016 Nia memutuskan untuk memperluas produksi dan pemasaran rendang pucuk ubik bermodal hadiah lomba.
“Karena rendang pucuk ubi dinilai sangat menjanjikan, apalagi singkong tidak butuh perlakuan khusus menanamnya,” kata Nia.
Kehadiran petani muda berusia kurang dari 30 tahun berdampak bagi masyarakat, antara lain menggerakkan perekonimian, menciptakan lapangan pekerjaan, atau menjadi sumber inspirasi. Jika sekarang masih minim insentif, sudah saatnya pemerintah memprioritaskan berbagai dukungan sehingga semakin banyak generasi muda, terutama sarjana pertanian, untuk mau dan berani terjun ke bidang pertanian. [AF-04]
Be the first to comment