Kembangkan Singkong, Kesejahteraan Petani NTT Bisa Ditingkatkan

Panen perdana singkong unggul di halaman samping Rumah Jabatan Bupati Sikka, NTT.

Bogor, Agrifood.id – Potensi singkong (ubi kayu) masih sangat besar di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memiliki sejumlah lahan kritis. Sayangnya, tanaman yang sangat akrab dengan masyarakat Indonesia belum mendapatkan perhatian serius.

“Saya sudah meneliti singkong sejak tahun 1980-an, singkong mempunyai potensi yang sangat besar untuk berbagai keperluan konsumsi dan industri. Namun, belum diberi perhatian secara optimal,” kata Wani Hadi Utomo yang juga guru besar budidaya pertanian dari Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur baru-bari ini.

Hadi yang juga Rektor Universitas Tribhuwana Tunggadewi ini bersama beberapa rekannya melakukan kajian terkait singkong di beberapa daerah, termasuk di Kabupaten Sikka, NTT, dalam program ACIAR Cassava Livehoods and Value Chain Program. Pada Jumat (22/11) lalu, sebagai rangkaian dari program ACIAR, sejumlah varietas unggul  pun dipanen perdana di rumah jabatan Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo (Robby Idong).

Baca : Pasokan Tidak Stabil Tantangan Pengembangan Industri Singkong

Hadi menjelaskan bahwa perhatian pada singkong ini harus lebih ditingkatkan karena sangat cocok dengan iklim dan tanah sebagian besar wilayah di Indonesia. “Kalau dengan bibit unggul dan dibudidayakan dengan baik, hasilnya bisa meningkat. Produksi singkong itu bisa dijual atau diolah lagi untuk meningkatkan pendapatan petani,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Tommy Djari yang juga Direktut CV Mitco menjelaskan dirinya membangun kemitraan dengan para petani untuk meningkatkan nilai tambah dari singkong. Singkong bisa diolah untuk berbagai kebutuhan rumah tangga dan industri, namun memerlukan keberlanjutan dalam produksi.

Baca : Kementan Raih Penghargaan KIP dari Wapres Sebagai Badan Publik Informatif

“Peningkatan produksi singkong petani akan berdampak langsung pada penghasilannya. Ada tambahan penghasilan yang bisa dioptimalkan dengan lahan yang sudah ada. Untuk itu, bersama dengan para peneliti yang mengembangkan singkong tersebut, kami juga membangun kemitraan sebagai tindak lanjut dari produksi petani,” jelasnya.

Tommy menjelaskan bahwa beberapa variteas unggul sudah ditanam petani dan menunjukkan hasil yang sangat bagus. Hal itu berarti dalam jangka panjang, produksi singkong yang semakin meningkat bisa diolah dalam skala industri.

“Singkong ini menjadi bahan baku pembuatan tepung tapikoa. Struktur tanah di Sikka sangat bagus kembangkan ubi kayu ini. Memang tidak mudah mengubah cara pandang petani untuk beralih menanam beberapa variteas unggul,” ujar Tommy.

Baca : Impor Bisa Capai 500 Ribu Ton, Singkong Minim Perhatian

Terkait dengan pengembangan singkong, Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Suharyo Husen memberikan apresiasi yang besar kepada para peneliti dan pelaku usaha yang tidak berhenti untuk mengembangkan singkong.
Dalam beberapa kesempatan, MSI terus mendorong agar singkong dijadikan sebagai komoditas pangan strategis sehingga mendapatkan perhatian yang lebih serius sebagaimana dilakukan oleh Thailand dan Vietnam. [AF-02]

agrifood.id // agrifood.id@gmail.com

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*