Lirik Potensi Singkong, RNI Tunda Bisnis Gula Cair dari Tebu

Ilustrasi gedung RNI

Jakarta, AF – PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) untuk sementara waktu masih menunda berkecimpung dalam bisnis gula cair.
Direktur Utama RNI B Didik Prasetyo menjelaskan, penundaan ini dikarenakan pasar industri gula cair belum cukup baik. “Setelah kami melakukan feasibility study (FS), ternyata pasarnya belum cukup bagus kalau kita masuk ke sana. Pasarnya itu masih sangat kecil. Karena itu sementara kami menunda dulu untuk mengembangkan gula cair,” jelas Didik beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, perusahaan milik negara ini berniat memasuki bisnis gula cair dan hendak membangun pabrik gula cair di Surabaya atau Cirebon. Dua bulan lalu, nilai investasi yang akan digelontorkan sekitar Rp 100 miliar.

(Baca : PT RNI Bangun Pabrik Gula Cair Rp 100 Miliar)

Tidak hanya itu, Didik juga mengungkap saat ini terdapat gula cair yang berasal dari gula nontebu atau yang disebut dengan High Frustoce Syrup (HFS).
Menurutnya gula cair berbahan dasar singkong memiliki harga bahan pokok yang lebih rendah dibandingkan gula cair berbahan tebu yang ingin dibangun RNI.
“Kami sedang meneliti lebih jauh supaya harga bahan pokoknya bisa jauh lebih murah. Mungkin bahan bakunya bisa tidak dari tebu langsung, melainkan bisa dari tetesnya. Makanya kami tidak ingin segera di-launching, tidak peduli layak atau tidak layak. Begitu tidak layak, saya tidak mau jalani,” ujar Didik seperti ditulis Kontan.

(Baca : Setelah Gula Cair Kulit Singkong, Kini Batang Singkong Jadi Souvenir)

Hingga saat ini, RNI masih melakukan penelitian terkait pengembangan gula cair. Didik berharap, penelitian yang sedang dilakukan dapat membuahkan hasil dalam waktu satu hingga dua tahun.
“Harapannya satu sampai dua tahun lagi hasilnya sudah muncul, di samping pasarnya sudah mulai terbentuk. Kalau hasilnya sudah bagus, baru kami berani masuk,” tambah Didik.

Target
Sementara itu, hingga semester III tahun ini PT RNI mampu memproduksi sekitar 275.000 ton gula. Direktur Pengendalian Usaha dan Manajemen Risiko PT RNI Elka Wahyudi mengungkap, produksi ini meningkat sekitar 10% dari tahun sebelumnya.
Meski mengalami peningkatan, namun Elka menyebutkan bahwa RNI terus melakukan evaluasi lantaran target awal yang ditetapkan untuk kuartal III hanya tercapai 95%.
Menurut Elka, hal ini merupakan pengaruh dari kekeringan yang sempat melanda Indonesia beberapa waktu terakhir. “Ada penurunan sedikit karena adanya musim kemarau, sehingga berpengaruh pada produktivitas,” ujar Elka.
Namun, Elka optimistis target produksi gula RNI sebesar 331.000 ton di akhir tahun dapat tercapai. Hal itu dikarenakan masih adanya waktu sekitar satu setengah bulan dalam melakukan penggilingan gula. [AF-03]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*