Bogor – Daya tarik wisata Komodo di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) harus ditopang dengan ketersediaan pangan bagi para wisatawan dan masyarakat lokal. Salah satu potensi yang bisa dioptimalkan adalah peningkatan produksi udang dengan memanfaatkan potensi tambak lokal di sekitar Labuan Bajo.
Demikian disampaikan praktisi budidaya udang Angelus Nainggalas dan Direktur Ocean Watch Indonesia (OWI) Herman Jaya secara terpisah, Sabtu (26/5).
Angelus yang juga sarjana perikanan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menjelaskan kebutuhan udang budidaya akan terus meningkat seiring dengan jumlah kunjungan wisatawan di Labuan Bajo, yang menjadi pintu masuk ke Pulau Komodo. Apalagi, potensi budidaya udang vanamei dan windu juga sangat besar di pesisir Labuan Bajo.
“Kalau tidak diantisipasi maka ketergantungan pangan dari luar Manggarai Barat, bahkan dari luar Pulau Flores akan terus meningkat,” ujar mantan pendamping petambak udang Dipasena, Lampung, ini.
Angelus sendiri sudah beberapa kali melakukan survey dan menilai potensi pengembangan budidaya udang tersebut sangat memungkinkan. Sejumlah aspek lingkungan dan sumber daya lahan juga masih sangat luas.
Baca : Prospek Udang Bagus, Agribisnis Cabai Butuh Dukungan
Sementara itu, OWI melihat potensi pengembangan udang di pesisir Pulau Flores, khususnya Manggarai Barat, masih sangat besar. Hal itu akan menggerakkan perekonomian lokal sehingga bisa menjadi alternatif pendapatan bagi nelayan tradisional.
Herman juga secara khusus menyoroti kegagalan revitalisasi tambak udang di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) karena sejumlah faktor. Untuk itu, pemanfaatan tambak udang di Labuan Bajo bisa menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan di NTB.
“Jadi tidak saja memenuhi pasar lokal, tetapi juga untuk memasok kebutuhan di NTB hingga Bali,” ujar mantan Sekjen Himpunan Mahasiswa Perikanan Indonesia (Himapikani) ini.
Untuk diketahui, pada Oktober 2013 lalu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pernah menyerahkan bantuan program revitalisasi tambak udang dengan total nilai Rp 5 miliar di dua sentra tambak di NTB, yakni di Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Bima. Program revitalisasi tambak udang itu dilaksanakan di enam provinsi merupakan kelanjutan dari program revitalisasi yang sudah dimulai tahun 2012. Adapun bantuan KKP itu berupa sarana demfarm yang terdiri dari plastik mulsa, kincir, genset dan pompa air senilai Rp 5 miliar.
“Program itu seharusnya dilakukan lagi untuk pengembangan udang di Manggarai Barat atau wilayah NTT lainnya,” tegasnya.
Untuk Labuan Bajo, tambah Angelus, saat ini ketersediaan ikan dan hasil laut bisa dikatakan cukup. Namun, konsumsi yang berlebihan justru akan menyebabkan pasokan ikan akan terus berkurang. Untuk itu, ketersediaan udang bisa menjadi alternatif konsumsi secara berkelanjutan.
“Dalam jangka panjang harus diantisipasi peningkatan kebutuhan bagi wisatawan. Selain itu juga perlu pemenuhan gizi bagi masyarakat lokal yang selama ini minim konsumsi udang,” ujarnya. [AF-02]
Be the first to comment