Satu Pabrik Butuh 10.000 Ton, Ekspor Porang Masih Terbuka Luas

Kang Abey memberikan penjelasan soal porang di Cijujung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Agrifood.id)

Bogor, Agrifood.id – Potensi tanaman porang (Amorphophallus muelleri) masih menjanjikan dan memiliki peluang pasar masih terbuka lebar. Permintaan umbi porang cukup besar, terutama ekspor ke beberapa negara. Selain umbi, biji porang (biasa disebut biji katak) dari porang juga mempunyai nilai ekonomi sebagai benih tanaman porang.

Hal ini disampaikan oleh praktisi usaha porang Asep Ridwan yang akrab dikenal dengan Kang Abey dalam beberapa kesempatan di Bogor, Jawa Barat. Penegasan ini disampaikan juga pekan lalu dalam webinar terkait analisa usaha porang yang digelar Koperasi Mitra Andalan Sejati (KopiMAS) yang dimoderatori Andre Ferdinand.

Baca : Siti Badriah Jadi Brand Ambasador Baru Mi Instan Wings Food

Menurut Kang Abvey, permintaan porang dunia masih sangat tinggi dan sejauh ini baru terpenuhi sekitrar 30%. Hal itu berarti potensi bisnis porang di Indonesia masih sangat terbuka luas. Jadi, tanaman yang sebelumnya dianggap liar tersebut bisa dibudidayakan dan memberikan keuntungan yang bersaing dengan komoditas lainnya. “Porang ini akan tumbuh subur di bawah naungan sehingga bisa dikembangkan sebagai tanaman sela. Ini berarti ada keuntungan tambahan dari budidaya porang,” jelasnya.

Dikatakan, permintaan yang tinggi tersebut berasal dari China dan Jepang. Selain kedua negara itu, Badan Karantina Kementerian Pertanian menyebutkan permintaan juga datang dari Australia, Sri Langka, Malaysia, Korea, Se;andia Baru dan Italia.

Baca : Porang Makin Dikembangkan Sebagai Tanaman Sela Kebun Singkong

Kang Abey sendiri sudah mendapatkan permintaan dari empat pabrik di China. Adapun satu pabrik membutuhkan sekitar 10.000 ton umbi porang kering (chip). “Dari satu pabrik saja kami sudah diminta 10.000 ton. Padahal di China ada empat pabrik besar dan semuanya membutuhkan porang dari Indonesia,” jelas pendiri CV Kebula Raya Bestari ini.

Jadi, lanjutnya, permintaan porang tersebut masih sangat besar dalam 10 tahun ke depan. Jika produksi sudah memungkinkan maka bisa dibangun pabrik pengolahan sendiri.

Sebelumnya, pada Juli 2020 lalu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendukung budi daya porang yang dikenal juga dengan nama iles-iles.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (kiri) memanen porang (Ist).

“Porang banyak digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, juga untuk pembuatan lem dan jelly yang beberapa tahun terakhir kerap diekspor ke luar negeri, seperti Jepang dan China,” kata Menteri Syahrul dalam keterangan tertulisnya.

Pernyataan itu ia sampaikan saat melakukan kegiatan panen dan tanam porang di Desa Talumae, Kecamatan Watang Sidenreng, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan (Sulsel). [AF-3]

agrifood.id || agrifood.id@gmail.com

Agrifood adalah portal media pangan dan seputar industri makanan/minuman. Selain menjadi sumber informasi, Agrifood juga melayani berbagai jasa dan kreativitas, seperti layanan komunikasi dan promosi sejumlah produk atau komoditas untuk pengembangan industri, penguatan brand/merek/citra dan penetrasi pasar. Info lebih rinci bisa ke 08161408154

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*