Bogor, Agrifood.id – Industri berbasis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bisa dikembangkan untuk mengolah singkong. Berbagai hasil riset sudah tersedia dan bisa digunakan sebagai fondasi untuk membangun usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menggunakan singkong sebagai bahan baku utamanya. Berbagai produk sesuai dengan kebutuhan pasar dapat dikembangkan dengan menggunakan hasil-hasil riset terpilih sehingga produk olahan tersebut dapat diserap dengan mudah oleh pasar.
Hal ini disampaikan Prof Dr Endang Sukara selaku pakar mikrobiologi yang juga peneliti Fakultas Biologi Universitas Nasional dalam bincang-bincang dengan Agrifood.id belum lama ini.
Baca : Wisata Singkong Sentul, dari Olahraga Santai hingga Paham Tapioka dan Onggok
Endang menjelaskan peningkatan nilai tambah atau olahan singkong tersebut bisa dikembangkan oleh masyarakat dalam skala UMKM menggunakan hasil-hasil riset yang tepat untuk menghasilkan produk olahan yang tepat sehingga sesuai dengan kebutuhan pasar. Untuk ini, sedah tentu membutuhkan dukungan lembaga riset dan universitas yang kuat dan pendampingan hingga berbagai produk olahan dapat dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menembus pasar.
“Pengolahan sangat diperlukan karena singkong itu komoditas mudah rusak (perishable) sehingga tidak bisa disimpan lama. Beberapa riset yang sudah ada bisa segera dapat dikembangkan dalam skala rumahan atau UMKM,” ujar anggota Asosiasi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) ini.
Baca : Tyson Food Akan Akuisisi 49 Saham Malayan Flour Mills Berhad
Dia menjelaskan, agar produksi produk olahan singkong dapat diproduksi dalam skala UMKM maka diperlukan pendampingan sehingga setiap produk yang dihasilkan mempunyai standari yang baik. Produk olahan yang dapat dikembangkan bisa dimulai dengan produk yang sudah dikenal oleh masyarakat seperti gula cair, tape, alkohol, dan cuka. Cuka singkong (cassava vinegar) seperti juga cuka beras (rice vinegar) mungkin juga dibutuhkan oleh pasar baik di dalam negeri maupun untuk pasar internasional.
Baca : Siti Badriah Jadi Brand Ambasador Baru Mi Instan Wings Food
“Kami baru saja mendampingi industri kecil (UMKM) untuk memproduksi rice vinegar yang diminati pasar di Taiwan. Cassava vinegar juga bisa dikembangkan. Tinggal dipastikan model produksi dan teknologinya” katanya.
Endang memberi respons positif soal pengembangan cassava vinegar karena produk cuka tradisional telah dikenal dan bahkan dikembangkan oleh beberapa masyarakat, termasuk masyarakat di Bogor, Jawa Barat. Belakangan, cuka dari tape sudah jarang diproduksi dan hanya sesekali dilakukan dan ini pun tidak dilakukan dengan sengaja hanya untuk mengamankan tape yang sudah tidak laku di pasaran yang secara alami mengalami proses fermentasi menjadi produk yang berasa manis, asam dan beralkohol.
Menurut Endang, masih banyak olahan singkong yang bisa diproduksi, mulai dari umbi, batang, dan daun serta beberapa sisa produk olahan, seperti onggok atau ampas tapioka. Sebenarnya ada beberapa riset yang sudah dilakukan Endang sejak beberapa dekade lalu, salah satunya adalah meningkatkan kadar protein dari singkong. Langkah itu dilakukan karena singkong merupakan sumber pangan terbesar, setelah beras, gandum, dan jagung.
Endang pun mengembagkan mikroprotein sehingga singkong mempunyai gizi yang tinggi tidak hanya kaya karbohidrat. “Dengan cara ini, peran singkong sebagai sumber pangan utama bisa bermanfaat secara penuh karena juga berfaedah untuk perbaikan gizi,” ujar Endang. [AF-03]
agrifood.id || agrifood.id@gmail.com || 081288064545
Agrifood adalah portal media pangan dan seputar industri makanan/minuman. Selain menjadi sumber informasi, Agrifood juga melayani berbagai jasa dan kreativitas, seperti layanan komunikasi dan promosi sejumlah produk atau komoditas untuk pengembangan industri, penguatan brand/merek/citra dan penetrasi pasar.
Be the first to comment