Waspadai Ancaman Flu Babi, Warga Diminta Segera Melapor

Timor Leste dan Filipina yang sudah terserang virus ASF.

Bogor, Agrifood.id – Ancaman penularan virus flu (demam) babi Afrika (African Swine Flu/ASF) di beberapa negara Asia, terutama Timor Leste, harus tetap diwaspadai. Kawasan perbatasan, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Maluku, perlu melakukan berbagai antisipasi sehingga tidak merugikan para peternak lokal.

Centre for Economic, Rural Development on Agriculture Sustainability (Cerdas) mendesak perlunya langkah-langkah antisipasi yang cepat untuk mencegah penyebaran virus tersebut.
Cons JM Tukan yang juga Co-founder Cerdas menilai posisi Indonesia cukup rawan karena berdekatan dengan Filipina, Timor Leste, serta Australia. Untuk itu, langkah-langkah antisipasi perlu segera dilakukan secara bersama dari pemerintah dan masyarakat untuk mencegah serangan pada sentra-sentra ternak babi.

Baca : Masyarakat Harus Makin Waspada Soal Formalin

“Berbagai upaya dan koordinasi harus segera diwujudkan dari pusat hingga ke daerah. Jangan sampai wabahnya sudah membesar lalu mulai sibuk untuk mencegahnya,” jelasnya, Senin (4/11).

Secara terpisah, Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Dani Suhadi mengimbau warga melaporkan kematian mendadak ternak babi menyusul merebaknya penularan virus demam babi Afrika di negara tetangga Timor Leste.

Baca : Wabah ASF, Ribuan Babi Dimusnahkan di Filipina dan Korea Selatan

“Ketika ada kasus sakit dan kematian ternak babi milik warga yang terjadi mendadak, kami imbau agar segera melaporkan ke Dinas Peternakan Kota/Kabupaten maupun provinsi,” katanya di Kupang, baru-baru ini.
Dia mengatakan, Dinas akan menindaklanjuti laporan warga mengenai kematian mendadak ternak babi dengan menurunkan petugas untuk melakukan pemeriksaan dan tindakan yang diperlukan untuk mencegah penyebaran penyakit hewan.

Kasus seperti kematian puluhan babi milik warga Kelurahan Maulafa di Kota Kupang beberapa waktu lalu, menurut dia, harus segera dilaporkan ke Dinas Peternakan supaya bisa segera diselidiki penyebabnya.

Baca : Dalam Sehari, Kota Kupang Memproduksi Sekitar 2,5 Ton Se’i Babi

Menurut hasil penyelidikan awal, kematian ternak babi di Maulafa penyebabnya bukan virus demam babi Afrika melainkan diare. “Tetapi untuk kematian ternak yang tidak biasa, kami minta agar segera dilaporkan pemiliknya sehingga Tim Respons Cepat Kesehatan Hewan langsung dikerahkan ke lapangan untuk identifikasi dan tindak lanjut,” kata Dani.

Dia kembali mengimbau peternak segera melaporkan kasus kematian ternak mendadak supaya dinas bisa sejak dini mendeteksi penyebabnya dan mencegah penyebaran penyakit.

“Selain laporan langsung kepada dinas terkait, warga juga bisa melaporkan lewat nomor telepon tim respons cepat 085239051331,” katanya.

Selain di NTT, kematian ternak babi dalam jumlah yang cukup banyak juga sudah terjadi akibat virus kolera babi atau hog cholera di Sumatra Utara. Sejauh ini, tercatat lebih dari 4.000 ribu ekor babi tewas akibat virus hog cholera. [ASF-04]

agrifood.id // agrifood.id@gmail.com

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*