Jakarta, Agrifood.id – Pengembangan food estate untuk meningkatkan ketahahan dan kedaulatan pangan patut didukung. Rencana mengembangkan komoditas singkong dalam program food estate tersebut perlu diberi apresiasi. Seiring dengan itu, singkong juga harus ditetapkan sebagai komoditas strategis yang menopang sumber pangan nasional.
Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Arifin Lambaga dalam sebuah perbincangan baru-baru ini mengatakan tentu banyak tahapan yang dilalui dan membutuhkan kajian harus melibatkan banyak pihak agar food estate segera terwujud.
“Semua elemen bangsa harus mendorong terwujudnya food estate. MSI juga dengan senang hati memberikan masukan, baik sebagai organisasi maupun dari para pakar, pelaku usaha dan praktisi yang selama ini bermitra dengan MSI,” katanya.
Baca : MSI Bogor Dukung Pengembangan Usaha Tape Singkong
Dikatakan, MSI juga mengapresiasi rencana singkong sebagai salah satu komoditas yang ikut dikembangkan dalam food estate tersebut. Hal itu menunjukkan bahwa peranan singkong semakin disadari dan sudah saatnya untuk dikembangkan. Apalagi, singkong sebenarnya sudah hadir memenuhi kebutuhan berbagi lapisan masyarakat seluruh Nusantara.
Kendati demikian, Arifin masih berharap agar keberadaan yang semakin penting tersebut harus diikuti dengan menetapkan singkong sebagai pangan strategis. Hal ini sangat mendesak karena implikasi dari kebijakan atau regulasi pangan strategis tersebut akan berdampak pada banyak hal.
“Semakin banyak yang menyadari pentingnya singkong, tetapi menetapkannya sebagai pangan srategis juga cukup mendesak,” jelas mantan Ketua Masyarakat Standarisasi Nasional ini.
Waki Ketua MSI Bidang Budidaya, Kukuh Sujianto, menambahkan desakan penetapan singkong sebagai pangan strategis sudah disampaikan beberapa kali oleh MSI kepada pemerintah. Salah satunya pada tahun 2018 lalu juga digelar pembahasan bersama sejumlah pihak terkait di Kementerian Pertanian.
Baca : Jadikan Singkong Sebagai Komoditas Strategis
Dia menegaskan bahwa perjuangan MSI itu dimaksudkan agar singkong tidak lagi menjadi komoditas yang berada di bawah padi, jagung dan kedelai. Meski belakangan sudah mulai ada perhatian khusus pada singkong, namun itu belum bisa dikatakan bahwa singkon sudah menjadi komoditas strategis.
“Masih banyak kebijakan, terutama di daerah-daerah, yang belum memberi perhatian pada singkong atau produk turunannya,” kata praktisi pertanian yang bermukim di Sukabumi, Jawa Barat ini.
Seperti diketahui, Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, pemerintah menargetkan untuk memproduksi 40 juta ton singkong setiap tahun. Target dari nilai produksi singkong tersebut merupakan bagian dari upaya menyiapkan cadangan pangan nasional.
Menurut dia, pengembangan komoditas seperti singkong bisa berdampak positif terhadap sejumlah sektor, salah satunya di sektor pangan dan kesehatan. Akan ada tambahan tenggat cadangan pangan strategis selama 120 hari atau setara dengan 10 juta ton pati/ karbohidrat per tahun melalui pengembangan singkong. “Semua dampak positif itu bisa kita raih jika mampu memproduksi sekitar 40 juta ton singkong setiap tahun. Nilai produksi itu akan setara dengan 10 juta karbohidrat (pati) yang senilai Rp 62 triliun,” ujar Trenggono dalam keterangan tertulis, Kamis (13/8) lalu.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi dalam sebuah diskusi webinar MSI pada Juni lalu mendorong perlunya peningkatan produksi singkong melalui korporasi. Singkong dinilai penting dalam menjaga ketahanan pangan masyarakat.
“Semua bersama bangun singkong Indonesia jadi pangan lokal yang bisa didorong dalam bentuk korporasi,” ujar Suwandi. [AF-03]
agrifood.id || agrifood.id@gmail.com
Be the first to comment