
Kotaagung – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Forum Komunikasi Konservasi Indonesia (FKKI) telah menggelar Jelajah Konservasi yang berakhir pada Sabtu (10/11). Kegiatan ini diproyeksikan untuk berkesinambungan setelah berhasil pada kawasan konservasi di Provinsi Banten dan Lampung. Bagaimana pandangan para pesertanya setelah ikut kegiatan selama 10 hari tersebut?
Karyadi, S.Hut., M.I.L adalah staf dari Balai TN Gunung Leuser mengatakan tekah memperoleh kesan dan pembelajaran yang positif. Dia terkesan dengan materi tentang penggunaan geotagging untuk memonitor pemulihan ekosistem yang sangat mungkin diaplikasikan di tempat lain, selain juga terkesan akan materi teori dan praktek mengenai mitigasi konflik manusia dan satwa, terutama gajah.
Demikian halnya dengan peserta lain dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat, P Bharata Sibarani, SH. Dia menyampaikan pengalamannya akan pembelajaran lapangan tentang kehidupan masyarakat di sekitar kawasan TN Bukit Barisan Selatan, terutama kisah sukses kolaborasi yang diinisasi pemerintah. “Hal yang sangat penting adalah pemberdayaan masyarakat supaya turut melestarikan kawasan konservasi,” ujarnya.
Baca : Ini Komitmen Perusahaan Kopi Dunia Cegah Deforestasi di Indonesia
Dalam keterangan tertulis FKKI akhir pekan lalu disebutkan bahwa edisi pertama kegiatan Jelajah Konservasi ini dilakukan pada beberapa lokasi Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) di Banten dan Lampung sejak Kamis (1/11) dan berakhir pada Sabtu (10/11) lalu.
Jelajah Konservasi digelar Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) dalam lingkup KLHK bersama FKKI. Jelajah Konservasi (Traveling Seminar) adalah konsep pembelajaran melalui perjalanan (travel) ke beberapa kawasan konservasi untuk pengetahuan dan kapasitas kepemimpinan staf eselon menengah di KLHK, terutama dari Ditjen KSDAE. Selain diikuti 12 peserta dari unsur KSDAE, terdapat pula 4 peserta dari unsur FKKI. Pelestarian kawasan konservasi Indonesia meliputi Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) sangat penting karena fungsi, nilai, serta manfaatnya begitu tinggi dan beraneka ragam.
Kegiatan Jelajah Konservasi dibuka Dirjen KSDAE Wiratno dan Direktur Wetlands International Indonesia I Nyoman Suryadiputra di Wisma Tamu Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
Wiratno menekankan kontribusi para pihak terhadap pengembangan dan penyadartahuan ilmu konservasi. Utamanya, para peserta diminta menyebarluaskan informasi yang didapat serta mengembangkan konsep konservasi secara inovatif di masa mendatang.
Dalah salah satu materinya, Ir. Wahjudi Wardojo, M.Sc yang juga Senior Advisor for Conservation Policy, The Nature Conservancy (TNC) memberikan uraian mengenai pola kepemimpinan atau leadership pattern. Hal itu sangat penting bagi pemimpin untuk memiliki jiwa kepemimpinan, selain kelebihan dalam kecerdasan, visi, maupun mental dan kepribadian dibandingkan pihak yang dipimpinnya.
Baca : IPB Buka Sekolah Kopi, Minat Mahasiswa Cukup Tinggi
Untuk diketahui, latar belakang para peserta kegiatan Jelajah Konservasi adalah staf eselon 3 dan 4 dari KSDAE-KLHK yang terseleksi secara ketat, salah satunya melalui pernyataan motivasi yang kuat dan bisa diproyeksikan menjadi jajaran pimpinan masa depan.

FKKI sendiri merupakan koalisi sepuluh kelompok masyarakat sipil mengusung misi konservasi serta tata kelola sumber daya alam. Kesepuluh organisasi ini, yakni Burung Indonesia, Conservation International Indonesia, Greenpeace Indonesia, Yayasan Kehati, The Nature Conservancy, Transformasi, Wetlands International, Wildlife Conservation Society, World Resources Institute, dan WWF Indonesia. FKKI mendukung pemerintah dalam hal ini KLHK untuk mengoptimalkan pengelolaan kawasan konservasi, terutama melalui pembelajaran secara berkesinambungan. [AF-04]
|| agrifood.id@gmail.com ||
Be the first to comment