Potensi Besar, Lahan Garam di Bima Baru Digarap 37 Persen

Lahan garam di Kabupaten Bima masih cukup luas.

Jakarta – Upaya pemerintah memperluas lahan tambak garam untuk meningkatkan produksi terus dilakukan. Di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), lahan garam baru digarap 1.743,02 hektare atau 37 persen. Padahal, potensi lahan tambak di Kabupaten Bima seluas 4.620 hektare.

“Baru digarap seluas 1.743,02 hektare atau 37 persen. Sementara sisanya sebesar 2.876, 98 hektare atau 62,27 persen masih belum dimanfaatkan. Lahan ini tersebar di 11 desa pada enam Kecamatan,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Bima Ir. Hj. Nurma, MSi baru-baru ini.

Untuk meningkatkan produksi tersebut maka pada 2017 lalu sudah dimulai dengan program pengembangan usaha Garam (Pugar). Program ini lebih diarahkan untuk integrasi lahan, luas lahannya minimal 15 hektare, berada dalam satu hamparan dengan menerapkan teknologi Geoisolator atau pemasangan plastik pelapis tanah.
Potensi lahan yang masih luas tersebut memungkinkan Bima meningkatkan produksi garam. Di sisi lain, Pemkab Bima juga mendorong pengembangan usaha produksi garam dengan pola ekstensifikasi dan pola intensifikasi serta integrasi lahan.

Baca : Kemitraan Produsen Garam dan Perusahaan Perlu Ditingkatkan

Setelah itu, lanjutnya, perlu dilakukan juga manajemen jaminan stok garam melalui pembangunan gudang garam dan sistem resi gudang. Resi gudang dapat digunakan sebagai instrumen tunda jual dan pembiayaan perdagangan. Melalui sistem resi gudang, para petambak garam dapat menyimpan komoditas hasil panennya ketika harga rendah, untuk kemudian dijual pada saat harga tinggi.

“Langkah tersebut dilakukan sebagai salah satu bentuk dukungan dan keberpihakan pemerintah terhadap para petambak garam,” katanya.

Secara terpisah, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman menggandeng berbagai pihak dalam rangka mencari solusi terbaik untuk memasarkan garam tradisional yang dihasilkan sejumlah daerah penghasil garam di Nusantara.
Asisten Deputi Bidang Sumber Daya Mineral dan Energi Non Konvensional Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Amalyos Chan menyatakan, Indonesia memiliki tradisi pengolahan garam rakyat yang sangat istimewa. Indonesia memiliki ragam tradisi pengolahan garam dari laut hingga gunung. Diantaranya diketahui garam laut bali, yakni Amed, Kusamba, Tejakula, Pemuteran yang juga dikenal dengan istilah garam artisan, garam gunung yang diproduksi di Gunung Krayan, Kalimantan Utara, garam bledug kuwu sering disebut garam bleng yang berasal dari lumpur vulkanik di Grobogan, Jawa Tengah, hingga garam dari tanaman di Papua. [AF-04]

agrifood.id  ||  agrifood.id@gmail.com

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*