Didominasi Rasa Sintetis, Israel Garap Vanili dengan Smart Farming

Bogor, Agrifood.id – Vanilla Vida sebagai perusahaan rintisan Israel tengah mengembangkan produksi vanili berbasis smart farming (pertanian cerdas). Langkah itu untuk memenuhi permintaan dan jaminan ketersediaan vanili alami yang masih didominasi rasa vanili sintetis.

Baca : Masih Diandalkan di Bogor, Industri Tapioka Rakyat Perlu Diberi Perhatian

Dalam laman startupnationcentral.org dijelaskan Vanilla Vida sedang mengembangkan proses budidaya eksklusif yang dirancang untuk meningkatkan produksi dan rasa alami. “Misi perusahaan adalah membuat rasa alami lebih tersedia dan terjangkau sekaligus mengurangi ketergantungan perusahaan makanan pada bahan sintetis,” demikian penjelasan Vanilla Vida belum lama ini.

Baca : Pakai E. coli, Botol Plastik PET Bisa Diubah Jadi Aroma Vanili

Seperti diketahui, pembuatan vanili alami untuk industri makanan dan minuman merupakan proses yang memakan waktu dan padat karya. Penyerbukan dan pemanenan vanili secara umum masih manual dan semakin terpengaruh perubahan iklim. Sebagian besar vanili dipasok dari Madagaskar, Uganda, Indonesia, Papua Nugini, Tanzania, Meksiko, dan Tahiti. Di sisi lain, pasokan vanili belum begitu stabil sering diberi label harga tinggi. Tidak jarang harga vanili kering berkisar Rp 3.500.00-Rp 6.300.000 ($250 hingga $ 450).

Menurut Oren Zilberman yang menjadi inisiator Vanilla Vida, “masalah terbesar” terletak pada kenyataan bahwa sebagian besar “rasa vanili” sebenarnya sintetis. Dan sebagian besar vanili sintetis dihasilkan dari bahan baku petrokimia. Oren terus mendorong para petani memproduksi sekitar 2.300 ton biji vanili kering setiap tahun. “Ini bukan industri besar karena sangat sulit untuk tumbuh.” CEO Silberman menjelaskan.

Baca : Wisata Kampung Singkong Sentul, Cabut Sendiri Rp 50 Ribu Per Pohon

Sebaliknya, sekitar 41.000 ton alternatif sintetis diproduksi setiap tahun. “Vanili sintetis jauh lebih murah dan lebih mudah diakses daripada bahan-bahan alami,” demikian para pedagang. Berangkat dari kondisi itu, Zilberman, bersama dengan salah satu pendiri Shlomo Kadosh (COO) dan Raz Krizevski (CTO), telah mendirikan perusahaan rintisan yang bertujuan mengisi kesenjangan pasokan vanili alami dengan “produk terbaik di pasar.”

Baca : Sektor Makanan dan Minuman Penopang Industri Kemasan Plastik

“Kami memahami bahwa kami mendukung [F&B]. Pelanggan membutuhkan rantai pasokan yang stabil,” ujarnya kepada Food Navigator.

Vanilla Vida menanam vanili di rumah kaca yang dikontrol iklim Israel. Budidaya yang dikendalikan rumah kaca memungkinkan hasil tahunan yang lebih tinggi. Di alam liar, bunga vanili mekar setahun sekali, tetapi setiap bunga membutuhkan penyerbukan buatan dalam waktu 12 jam setelah berbunga, tetapi solusi vanila vida memungkinkan “siklus yang jauh lebih pendek”. [AF-02] agrifood.id@gmail.com

Agrifood adalah portal media pangan dan seputar industri makanan/minuman. Selain sumber informasi, Agrifood juga melayani berbagai jasa, seperti event, komunikasi dan promosi produk atau industri pendukung pangan, penguatan brand/merek/citra dan berbagai kerja sama lainnya. Info lebih rinci bisa hubungi 081356564448.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*