Setelah Keerom, Animo Pelatihan Tapioka Terus Meningkat di Papua

Jayapura, Agrifood.id – Potensi singkong dan umbi-umbian di Papua dan Papua Barat cukup tinggi untuk memenuhi pangan dan industri makanan. Namun, pengolahannya minim sehingga kebutuhannya masih dipasok dari Makassar (Sulawesi Selatan) dan Surabaya (Jawa Timur).

Baca : Buang Rp 1,2 Miliar Per Bulan, Sukabumi Perlu Industri Pengolahan Singkong

Drs I Made Budi, MSi selaku pengajar Universitas Cendrawasih (Uncen) yang juga perancang mesin pengolahan pertanian kepada Agrifood.id, pekan lalu, mengatakan kebutuhan tapioka masih cukup tinggi dan semuanya didatangkan dari luar Papua dan Papua Barat. Padahal, potensi tanaman singkong cukup besar untuk diolah menjadi tapioka dan aneka produk turunan lainnya.

Baca : Tanpa Bahan Artifisial dan Terapkan Clean Label, Re.Juve Terima Factory Visit

“Belum ada data rinci, tapi kebutuhan tapioka cukup tinggi untuk campuran bahan baku kue, juga untuk industri makanan seperti bakso dan pangan olahan lainnya,” kata Made Budi kepada Agrifood.id, pekan lalu.

Penemu olahan Buah Merah Papua ini sangat mendorong kelompok masyarakat yang didukung pemerintah untuk mengoptimalkan pengolahan singkong, terutama menjadi tepung tapioka. Belum lama ini, Made dan rekannya Arsyam Mawardi dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Uncen Jayapura memberikan pelatihan pengolahan singkong menjadi tapioka kepada Kelompok Tani Arso IV dan Kelompok Tani Arso V, Kabupaten Keerom, Papua. Kegiatan tersebut didanai Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi melalui Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat.

Baca : Masih Diandalkan di Bogor, Industri Tapioka Rakyat Perlu Diberi Perhatian

Pelatihan tersebut merupakan bagian dari pemberdayaan kelompok tani berbasis usaha singkong itu diharapkan meningkatkan ekonomi masyarakat dan ketahanan pangan di Arso IV dan Arso V di Keerom, Papua.
Setelah Keerom, Made menjelaskan animo sejumlah wilayah dan beberapa kabupaten lainnya cukup tinggi. Hal itu karena potensi singkong sangat besar dan membutuhkan pengolahan agar bisa multiguna. “Animo cukup tinggi dari masyarakat sehingga perlu difasilitasi. Masyarakat dan petani pun bisa mendapatkan manfaat untuk menopang perekonomian mereka,” jelasnya.

Dalam laman www.uncen.ac.id dijelaskan bahwa kelompok tani Arso IV dan V pernah diberikan pelatihan mengolah singkong menjadi keripik singkong. Namun, hasilnya tidak maksimal dan banyak kompetitor sehingga tidak laku terjual. Untuk itulah tepung tapioka menjadi salah satu alternatifnya. Jika tetap bertahan dengan pengolahan singkong menjadi keripik di tengah banyaknya kompetitor, maka hasilnya tidak maksimal. Pendapatan mitra menurun sehingga tidak mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Pendapatan petani masih bisa ditingkatkan jika diberikan terobosan berupa pemahaman dan pemberian pendampingan dan pelatihan penggunaan teknologi yang tepat. Singkong akan dapat diproses menjadi tepung tapioka dengan teknologi yang baik dan nilai jual lebih tinggi, bahkan berpotensi menghasilkan produk turunan aneka makanan lainnya. [AF-02] agrifood.id@gmail.com

Agrifood adalah portal media pangan dan seputar industri makanan/minuman. Selain sumber informasi, Agrifood juga melayani berbagai jasa dan aktivitas, seperti konsultasi, event, komunikasi dan promosi produk atau komoditas industri, penguatan brand/merek/citra dan berbagai kerja sama lainnya. Info lebih rinci bisa hubungi 081356564448

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*